Mohon tunggu...
Azhari
Azhari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Energi baik untuk kehidupan

30 Juli 2018   18:39 Diperbarui: 30 Juli 2018   18:56 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oke, oke, urusan gas bumi ini saya percaya pada penjelasan Dimas. Di kampusnya pasti ia sering mempelajarinya sampai ngelotok. "Terus bagaimana kalau mau berlangganan?"

Dimas menjelaskan kalau saya bisa menginstal aplikasi PGN Mobile yang bisa diunduh di Play Store, lalu mendaftar via aplikasi. Pihak PGN akan mensurvei dan mengurus semuanya sampai beres. "Pembayaran juga bisa melalui aplikasi itu. Pokoknya mudah."

Saya rasa Dimas lebih pantas jadi seorang sales ketimbang teknisi.

Selepas obrolan dengan Dimas, saya juga akhirnya tahu ada dua orangtua kawan saya yang sudah menggunakan jargas di rumahnya. Saya pernah menanyakan apa keuntungan yang sudah dirasakan setelah berlangganan jargas (pertanyaan saya seperti meminta testimoni produk pengobatan sebelum dan sesudah).

Kedua orang yang saya tanyai mengaku mendapatkan kemudahan karena tidak perlu ganti-ganti tabung gas, yang terkadang sering terjadi penipunan, di mana isi gas yang dibeli telah dikurangi isinya. Selain itu penghematan yang lumayan besar. Jika sebelumnya pengeluaran gas selama satu bulan bisa mencapai 150 ribu rupiah, kini mereka hanya mengeluarkan uang maksimal 50 ribu rupiah. Apalagi salah satu dari keduanya memiliki usaha katering. Ia dapat menghemat besar karena penggunaan gas yang terus menerus dan dalam jumlah tak sedikit. Ia juga bisa membuat katering tepat waktu sesuai pesanan karena tidak pernah lagi terkendala oleh habisnya gas.

Ketika saya mencoba menyampaikan kepada kakak perempuan saya untuk mengganti gas tabung dengan jargas, nyatanya tidak semudah yang saya pikir. Sampai sekarang kakak saya masih menggunakan gas tabung. Saya sadar pastilah untuk sebuah perubahan butuh waktu, kesabaran dan harus pelan-pelan. Kakak saya tipikal orang yang tidak mudah berubah karena cerita dan penjelasan ilmiah. Bahkan kurikulum peduli lingkungan yang sudah saya pelajari tidak bisa dengan cepat mengubahnya. Ia tipikal orang yang sulit diajak berpindah dari kebiasaannya. Jika saya bersikeras, bisa-bisa saya dituduh malas beli gas tabung. Ya, meski itu memang salah satu alasannya, sih.

Tapi saya tidak akan menyerah. Jika dulu orang terbiasa dengan kayu bakar kemudian pindah ke minyak tanah, lalu pindah ke gas tabung, saja bisa. Tentu bisa memindahkan kebiasaan gas tabung ke jargas. Yang perlu sekarang saya tanam adalah kesadaran bahwa untuk perubahan membutuhkan energi baik. Energi baik itu bisa berupa niat, memulainya dari diri sendiri dan membiasakannya. Pelan-pelan kita tularkan kepada orang terdekat.

Mengajak orang berpindah ke energi baik dan ramah lingkungan sama seperti mengajak orang untuk tidak buang sampah di sembarang tempat. Semua orang sudah tahu bahwa membuang sampah bukan pada tempatnya adalah kesalahan, bisa merusak lingkungan, menyebabkan kebanjiran dan sebagainya. Bahkan itu sudah dipelajari sejak sekolah dasar. Tapi tetap saja banyak orang membuang sampah sembarangan, mulai dari anak sekolah dasar sampai orang dewasa bergelar-gelar. Jelas ini bukan karena ketidaktahuan. Ini lebih kepada kebiasaan dan sikap. Tahu saja tidak cukup, sadar saja tidak cukup. Semua butuh dimulai dan dibiasakan. Jika perlu dipaksakan, karena ini untuk kebaikan Bumi di masa depan.

Saya pernah tinggal selama 2 bulan di tempat dengan kerusakan lingkungan sangat parah, yakni di Pesisir Utara Subang. Mereka harus menghadapi banjir rob setiap dua mingga sekali, tambak terendam dan hilang, rumah terkikis dan hancur. Dari hasil pendataan saya, pesisir di sana mengalami kemunduran garis pantai sejauh 1,75 kilometer. Tapi mereka tak serta merta mengubah cara hidup yang lebih baik. Buang sampah masih ke sungai, oli sisa penggunaan perahu dibuang ke sungai yang langsung mengalir ke laut, pohon bakau masih ditebang. Ini nyata. Saya tekankan lagi, ini soal kebiasaan. Ingat, kebiasaan baik tidak cukup diketahui, tapi benar-benar harus dimulai. Apa pun itu bentuknya. Salah satunya menggunakan gas yang ramah lingkungan, kita kembali ke topik.

Jadi, daripada saya banyak jelaskan rugi-untung bagi diri sendiri dan lingkungan menggunakan gas ramah lingkungan, mari kita mulai langkah baik itu. Energi baik itu adalah memulainya dari diri sendiri. Demi lingkungan, demi masa depan. Sehingga gas bumi ramah lingkungan yang jumlahnya melimpah di Indonesia ini dapat benar-benar membumi di masyarakat, di negeri asalnya. Setelah itu mari kita bumikan ke seluruh penduduk Bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun