Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hi kompasioners!" Saya Abdul Aziz, menggantungkan harapan belajar di FITB ITB Bandung. Ingin menjadi aktivis lingkungan, sosial khususnya anak-anak. Duta Pendidikan 2012, Duta Sosial Anak-anak 2013 dari Yayasan Anak Indonesia, Calon Duta Budaya dan Pariwisata Kab.Deli Serdang 2013, Indonesian Delegates di Indonesia Youth Forum 2013, Peneliti Ilmiah, Pengajar. There's not royal to get the road success. Hobi menulis, browsing, dll

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Indonesia Tanpa Hutan Ibarat Kita Tanpa Harga Diri: Upaya Sadar Manusia Untuk Menjaga Hutan

29 Maret 2013   10:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:02 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1364538371144148973

[caption id="attachment_251808" align="aligncenter" width="525" caption="admin/ilustrasi (KAMPRET/Aryani Leksonowati)"][/caption]

Marilah kita berpikir sejenak sahabat-sahabat bumi. Bagaimana jika di Indonesia tanpa hutan? Bagaimana kita bernafas dengan oksigen yang bersih? Bagaimana eksistensi Indonesia sebagai paru-paru dunia setelah Brazil? Lantas, apakah ini hal yang sudah biasa dan tidak perlu ditanggapi? Sahabat bumi, membayangkan Indonesia tanpa hutan itu ibarat seperti diri kita tanpa harga diri. Apakah kita tidak sedih jika melihat Indonesia tanpa hutan, maka 60 juta penduduk di Indonesia akan kehilangan tempat tinggalnya? Dimana harga diri kita? Mari kita katakan, jika tidak ada hutan, maka tak ada pula Indonesia.

Secara hakiki, hubungan manusia di bumi ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan manusia. Hubungan harmonis manusia dengan alam salah satunya tumbuhan sudah berlangsung sejak lama. Pada zaman dulu, manusia dengan tumbuhan memiliki kekerabatan yang sangat dekat karena tumbuhan dinilai memiliki nilai spiritual. Namun, beda halnya lagi pada zaman sekarang. Bukannya bersahabat dengan baik, alam malah dirusak dengan semena-mena. Coba kita lihat lagi ke belakang, bagaimana sebagian masyarakat di negeri kita yang hingga saat ini masih hidup serasi dengan hutan, salah satunya adalah masyarakat Badui (Banten), Dayak (Kalimantan), Kubu (Sumatera) dan Asmat (Irian Jaya). Apakah kita tidak malu dengan mereka?

Manusia Kini: Tidak Bersahabat Lagi Dengan Alam?

Meningkatnya jumlah penduduk bumi, meningkatnya taraf kebudayaan, teknologi, corak kehidupan yang beralih menuju sistem industri dan ditambah lagi dengan berubahnya pola hidup dan pikir manusia akan menyebabkan kerusakan sumber daya alam. Apakah kita tidak menyadari bahwa desa-desa kecil dan besar terus bermunculan? Desa besar berubah menjadi kota kecil, dan kota kecil menjadi kota besar. Pertumbuhan demikian akan terus berlangsung dalam kehidupan sekarang. Lahan hutan semakin menciut karena pembangunan dan pengembangan kota. Hutan terus dibabat, dieksploitasi dan habis digantikan dengan gedung-gedung pencakar langit misalnya: hotel berbintang, apartemen mewah, perkantoran, perumahan kelas elit, rumah sakit, supermarket,tempat hiburan, industri, dan sebagainya. Apakah kita harus diam melihat semua ini?

Kualitas Lingkungan Hidup Semakin Menurun dari Waktu ke Waktu

Pertumbuhan perkampungan menjadi kota kecil dan berekspansi menjadi kota besar memang dipicu dengan adanya perkembangan fisik yang ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Namun hal itu menjadi sebuah sudut pandang yang salah, karena lahan hutan yang tidak memiliki nilai produktif yang tinggi dialihfungsikan menjadi banyak bangunan yang difungsikan ke berbagai hal. Namun, kita harus tahu bahwa akibat hal ini, tumbuhan dan hewan yang semula penghuni daerah tersebut akan hilang bahkan mengalami kepunahan. Hal ini diakibatkan karena menurunnya kualitas tempat tinggal (habitat) atau karena luas hutannya sudah tidak memadai lagi. Hubungan yang tidak harmonis antara manusia dan hutan hanya membuat keadaan lingkungan maju secara ekonomi saja, tetapi mundur secara ekologi. Padahal kita tahu bahwa kestabilan ekologi sama pentingnya dengan kestabilan ekonomi.

Terganggunya Kestabilan Ekologi

Terganggunya kestabilan ekologi memacu alam menunjukkan reaksi kerasnya kepada manusia di muka bumi seperti meningkatnya suhu udara di perkotaan, penuruan permukaan tanah, pencemaran air (berbau dan mengandung logam berat), pencemaran udara seperti meningkatny kadar CO, ozon, karbondioksida, debu, dll. Yang membuat terganggunya kestabilan ekologi adalah kita sendiri, insan yang kerap melupakan lingkungan. Oleh karena itu, kita perlu melakukan tindakan dan upaya dalam mendorong ekologi untuk kembali hijau.

Penghijauan: Hutan Adalah Sahabat Kita

Penghijauan adalah salah satu cara yang paling baik dalam mengembalikan kondisi lingkungan yang semakin terkikis sekarang ini. Namun, penghijauan itu sendiri bukan terletak bagaimana caranya kita mengembalikan nilai ekologi atau hutan itu secara fisik, tetapi bagaimana caranya agar kita menghadirkan fungsi hutannya. Banyak kegiatan penghijauan yang bisa lakukan bersama antara lain dengan membentuk taman kota, membuat peneduh jalan dan pengaman sungai, penanaman pohon di halaman rumah atau kebun, melestarikan hutan lindung dan juga melestarikan berbagai tempat misalnya hutan raya, kebun raya ataupun tempat yang paling sering kita kunjungi seperti kebun binatang. Dengan adanya penghijauan, sebuah manfaat dan keuntungan dapat diambil dari persahabatan manusia dengan hutan seperti melestarikan sumberdaya fauna dan flora, menjadikan kota sebagai salah satu ekosistem pendukung kehidupan yang memiliki nilai dukung yang tinggi, serta memenuhi kualitas kesehatan bagi semua lapisan masyarakat.

Ayo teman-temanku sekalian, kita sebagai sahabat bumi harus melindungi dan melestarikan hutan dari sekarang. Mulailah dari sekarang, karena hari esok tidak akan menunggu kita. Yang terpenting adalah bagaimana caranya kita untuk bersikap, bertindak dan hidup dengan benar.

STAND UP, SPEAK UP AND TAKE ACTION, LET’S PROTECT OUR FOREST FOR LIVING BETTER

*Tragedi besar adalah ketidakpedulian

Teks Oleh : Abdul Aziz (sahabat kompasiana)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun