Mohon tunggu...
azas tigor nainggolan
azas tigor nainggolan Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Aktivis Perkotaan yang advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suara Hati Sopir Ojol

4 Juni 2022   00:13 Diperbarui: 4 Juni 2022   00:30 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suara Ojol.

Hari ini saya ke kantor tidak membawa kendaraan sepeda motor seperti biasanya. Tadi siang setelah berkegiatan sejak pagi saya ke kantor FAKTA diantar oleh para advokat dari kantor advokat MNL. Sore hari tadi pulang ke rumah saya menggunakan jasa ojek online atau Ojol. Sudah agak lama saya baru gunakan Ojol lagi dan mendapatkan pengemudi Gojek bernama Abdul Gofur. Sebelum bergerak jalan kami berfoto dulu sebagai kenangan.

Sepanjang perjalanan kami banyak ngobrol situasi kekinian kerja sopir Ojol. Gofur bercerita situasinya sekarang lebih sulit dari sebelum Pandemi Covid 19. "Sekarang sudah tidak ada lagi bonus seperti dulu. Sementara potongan komisi oleh aplikator tetap 20% untuk setiap order. Sekarang tidak ada bonus, saya harus bekerja lebih keras. Sehari saya bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam. 

Setidaknya saya bisa 20 order dan  mendapatkan uang Rp 200 ribu seharian bekerja. Potong bensin dan makan saya masih ada sisa Rp 150 ribu. Sebelum Pandemi jika saya dapat 20 order terus makan akan dapat tambahan bonus. Rupanya bonus pada masa lalu hanya cara membuai kami oleh aplikator, seolah pendapatan sopir Ojol lumayan banyak. Pulang ke rumah ke daerah Depok baru bisa dua atau tiga hari bekerja. Malam saya tidur di pangkalan komunitas Ojol saya daerah Pancoran, Jakarta Selatan", cerita Gofur pada saya sambil mengantar saya pulang.

Benar, dan waktu membuktikan bahwa tambahan pendapatan berupa bonus hanya sekedar pembiusan para aplikator agar masyarakat mau jadi sopir Ojol. Bonus di awal diberikan agar sopir Ojol mau dan tidak merasa berat dengan adanya potongan komisi 20% setiap order. Cara menyesatkan membius agar pengemudi tidak merasa kesakitan bekerja sebagai sopir Ojol. Ketika bonus hilang, potongan komisi 20% tetap dilakuan aplikator, si sopir sudah terlanjur "keceblos" jadi sopir ojol dan sulit berpindah profesi.

"Sekarang juga sopir Ojol di Gojek ditawari sewa motor listrik Rp 40 ribu sehari. Tawaran sewa motor listrik itu banyak ditolak para sopir Ojol karena harga sewa yang mahal. Belum lagi tempat  untuk isu listriknya juga masih jarang dan jauh", Gofur menambah informasinya pada saya. Benar juga mahal harga sewa motor listriknya. Jika sewa Rp 40 sehari maka sebulan (30 hari) sewanya Rp 1,2 juta dan setahun menjadi Rp 14,4 juta. 

Jika sewa 3 tahun saja jika si sopir Ojol mencicil sepeda motor biasa sudah dapat satu motor matik yang buagus. Tapi jika ikut tawaran sepeda motor listrik dari aplikator, sepanjang umur terus sewa dan si sopir Ojol tidak akan memperoleh dan tidak akan memiliki sepeda motor. Slogan dan klaim si aplikator sih keren, mendukung cinta lingkungan dengan gunakan motor listrik tapi si sopir terus miskin dan menderita. Rupanya sopir Ojol dan pengguna Ojol membayar dan membuat kaya aplikator sepanjang umur. 

Miris sekali, berusaha dengan menyulitkan serta membuat penderitaan bagi sopir Ojol yang katanya mitra dari si aplikatornya. Kita sebagai pengguna Ojol membayar mahal jasa si sopir Ojol tetapi yang menikmati dan jadi kaya dan makmur si aplikator. Bagaimana situasi didiamkan terus? Mana nih sikap adil para aplikator? Mana nih kebenaran isi sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

AsTiNa, 3 Juni 2022
Analis Kebijakan Transportasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun