Mohon tunggu...
a zainah fadhilah
a zainah fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Menuangkan sedikit tulisan yang semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fortifikasi Zat Besi (FE) dalam Penanggulangan Anemia dan Peningkatan Status Gizi Remaja Putri sebagai Generasi Milenial

24 Mei 2022   18:05 Diperbarui: 24 Mei 2022   18:08 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Fortifikasi merupakan sebuah metode penambahan zat gizi mikro pada suatu bahan pangan dengan tujuan agar terpenuhinya kecukupan zat gizi mikro di dalam tubuh. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa secara ekonomis fortifikasi pangan lebih menguntungkan, kepatuhan lebih baik, dan lebih efektif guna melengkapi kandungan zat. 

Menurut Corputty dan Rochima pada tahun 2015, fortifikasi menjadi penambahan suatu bahan ke dalam suatu produk pangan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu dari produk tersebut. 

Umumnya, fortifikasi dalam produk pangan tidak mengubah rasa dari produk itu sendiri. Fortifikasi utamanya dilakukan terhadap pangan organik dengan basis pangan lokal, sebab dapat tersedia secara melimpah dan dikonsumsi secara berkelanjutan untuk memperbaiki pemenuhan kebutuhan gizi pada kelompok beresiko.

Fortifikasi menjadi salah satu strategi untuk memperbaiki status gizi masyarakat khususnya remaja sebagai generasi millenial dengan biaya yang relatif murah. Remaja putri menjadi salah satu sasaran dalam program fortifikasi pangan sebab menjadi salah satu kelompok usia yang rawan mengalami gangguan status gizi. 

Salah satu masalah yang sering dialami adalah anemia pada remaja putri. Anemia pada remaja dapat mempengaruhi proses prtumbuhan dan perkembangan sel otak, sehingga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, daya tahan tubuh menurun, dan gangguan perilaku serta emosional. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia diantaranya jumlah asupan zat besi yang tidak cukup, rendahnya penyerapan zat besi, kekurangan darah, pola makan yang tidak baik, dan rendahnya pengetahuan mengenai zat besi. Kurangnya asupan zat besi (Fe) dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan Anemia Gizi Besi (AGB). 

Adapun data pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008 mengungkapkan bahwa prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri (15-19 tahun) sebesar 26,5%.

Terdapat berbagai macam fortifikasi pangan yang telah dikembangkan hingga saat ini. Mulai dari fortifikasi pangan bagi bayi, balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Bagi remaja putri yang mengalami anemia, fortifikasi pangan menjadi strategi yang efektif sebagai penanggulangan anemia sebab memiliki unit cost yang lebih rendah dari suplementasi. 

Salah satu jenis fortifikasi pangan yang dinilai sesuai dengan kebutuhan gizi remaja yaitu fortifikasi zat besi (Fe) berupa susu fermentasi kulit buah naga merah. 

Susu fermentasi menjadi salah satu pangan fungsional yang sangat digemari oleh remaja. Selain cita rasa yang enak, nutrisi yang terkandung di dalam susu fermentasi juga baik, sehingga dianggap memberi manfaat terhadap kesehatan. Sementara itu, kulit buah naga mengandung fruktooligosakarida (FOS) sebagai probiotik alami.

Fortifikasi zat besi (Fe) menjadi salah satu sumber zat besi yang mampu digunakan sebagai faktor dalam mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme energi protein sehingga baik untuk memperbaiki status gizi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun