Mohon tunggu...
Azahra Dewanti Galuh
Azahra Dewanti Galuh Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

A full time student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan Kurikulum Kebencanaan di Sekolah Dasar Berbasis Muatan Lokal

18 Mei 2023   19:41 Diperbarui: 18 Mei 2023   19:44 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bidang PK dari BPBD Kabupaten Bandung yang sedang mengisi pematerian mengenai SAR (Dok. pribadi)

Tim MBKM UPI Kampus Cibiru sedang berbincang dengan Kepala Sekolah SD Negeri Ciluluk dan BPBD Kabupaten Bandung (Dok. pribadi)
Tim MBKM UPI Kampus Cibiru sedang berbincang dengan Kepala Sekolah SD Negeri Ciluluk dan BPBD Kabupaten Bandung (Dok. pribadi)
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami berbagai bencana alam yang menghancurkan dan menelan korban jiwa. Dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana tersebut menunjukkan perlunya persiapan yang lebih baik dalam menghadapi situasi darurat. Namun, dalam sebuah temuan baru-baru ini terungkap bahwa kurikulum bencana yang diterapkan di sekolah dasar masih kurang memadai sehingga mempengaruhi pendidikan siswa terhadap pengetahuan dan kesiapan dalam menghadapi bencana.

Penelitian yang dilakukan oleh Azahra Dewanti Galuh yaitu mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru yang sedang dibimbing oleh ibu Triana Lestari S.Psi., M.Pd. selaku dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Bandung dalam mengikuti program MBKM Non-pendidikan UPI Kampus Cibiru dan berfokus melaksanakan program yaitu Proyek ANTASENA (Antaraksi Tanggap Bencana) sedang melakukan analisis kurikulum kebencanaan di salah satu sekolah Kabupaten Bandung yaitu Sekolah Dasar Negeri Ciluluk 1 yang berada di Jl. Raya Cijapati Km, 2 No 97 Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung yang ternyata masih belum memiliki Kurikulum khusus kebencanaan untuk diintegrasikan pada pembelajaran di sekolahnya dikarenakan Pendidikan kebencanaan ini masih terpadu kedalam ekstrakulikuler sekolah yaitu Pramuka, serta sekolah ini masih belum dapat mewujudkan sebagai sekolah aman bencana dikarenakan sarana dan prasarana sekolah yang belum dapat melindungi warga sekolah dan lingkungan sekitar dari bahaya bencana sesuai standar seperti pintu sekolah yang tidak membuka keluar sehingga jika terjadi bencana siswa kesusahan untuk mendorong pintu keluar.

Sehingga dibutuhkan kurikulum berbasis muatan lokal yang mengacu pada pendekatan yang mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman lokal tentang bencana alam ke dalam kurikulum sekolah dasar. Dalam kurikulum kebencanaan berbasis mulok berisi mengenai konten pembelajaran yang dikaitkan dengan kondisi geografis, iklim, dan budaya lokal. Tujuannya ialah mengajarkan siswa mengenai bencana alam yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar mereka seperti lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan tempat-tempat umum di sekitarnya seperti gempa bumi, banjir, dan tanah longsor.

Hal ini senada dengan pembiasaan yang dituturkan oleh Kepala Sekolah SD Negeri Ciluluk 1  yaitu Bapak Adang Romansyah S.Pd., LMS bahwa di sekolah ini sudah banyak melakukan pembiasaan untuk menjaga lingkungan sekolah agar kedepannya tidak menjadikan bencana yang tidak diinginkan seperti banjir atau longsor.

"Pembiasaan yang dilakukan yaitu melakukan penanaman pohon di lingkungan sekolah, membersihkan lingkungan sekolah serta melakukan pembiasaan membawa tempat makan dari rumah untuk mengurangi sampah. Anak-anak juga dilarang untuk memakai styrofoam sebagai wadah mereka membeli makan karena akan menjadi salah satu sampah yang sulit terurai" ujar Pak Adang Romansyah S.Pd., LMS sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Ciluluk 1.

Selain itu, siswa SD Negeri Ciluluk 1 juga pernah mengikuti simulasi bencana di tingkat kecamatan berisi kegiatan bagaimana memadamkan kebakaran kecil, cara tepat dalam mengatasi kompor atau gas yang meledak serta mitigasi bencana saat gempa bumi terjadi. Siswa SD Negeri Ciluluk 1 juga ikut andil dalam mengikuti lomba-lomba game fisik yang berkaitan dengan mitigasi bencana.

Dengan adanya temuan ini, pemerintah telah berupaya untuk mengatasi kekurangan dalam kurikulum kebencanaan untuk anak-anak sekolah dasar. Pemerintah telah melakukan revisi terhadap materi yang diajarkan dalam kurikulum kebencanaan di sekolah dasar. Materi yang sebelumnya terbatas kini telah diperluas untuk mencakup berbagai jenis bencana yang mungkin terjadi seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran, letusan gunung berapi, tsunami, dan kekeringan. Hal ini penting untuk memberikan pengetahuan yang lebih lengkap kepada siswa, sehingga mereka dapat mengidentifikasi risiko dan tindakan apa yang harus diambil dalam menghadapi bencana alam. Selain itu, pemerintah juga telah mengembangkan metode-metode pembelajaran yang lebih interaktif dan menyeluruh sehingga siswa lebih turut aktif dalam pembelajaran serta sudah tersedia banyaknya media pembelajaran berbasis teknologi seperti game edukatif, video edukatif serta simulasi yang membantu siswa memahami bencana dengan cara yang mudah dan menarik. Namun masih ada juga beberapa aspek yang belum dikembangkan dengan baik dalam kurikulum kebencanaan yaitu kurangnya pendekatan praktis dan pengalaman secara langsung dalam menghadapi bencana. Penting bagi siswa untuk belajar secara aktif melalui simulasi atau kegiatan lapangan yang memberikan pengalaman nyata untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan mereka dalam situasi darurat bencana.

Kurikulum kebencanaan yang tepat di sekolah dasar merupakan langkah penting dalam melindungi generasi mendatang dari bahaya bencana. Dengan inovasi yang tepat dan menyeluruh, siswa akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk menghadapi kebencanaan di masa depan. Kesiapsiagaan terhadap bencana yang baik membantu menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan siap menghadapi bencana alam yang tak terduga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun