Mohon tunggu...
Ayyu Sandhi
Ayyu Sandhi Mohon Tunggu... -

People may forget who you are, but they will not forget what you've done.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Interaksi yang Begitu Singkat dengan Pasien yang Begitu Hebat

11 Mei 2012   20:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:25 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Allahuakbar...allahuakbar..." lirih takbir dan sesekali diselingi kalimat syahadat tidak putus-putusnya mengalir dari bibir bapak tua yang ketika itu kami antar menuju ruang intervensi jantung RSUP Dr. Sardjito. Seorang bapak berusia 65 tahun dengan diagnosa medis CHF dan terpasang temporary pace maker; sebuah alat yang singkat kata, tanpa alat ini jantung akan 'malas-malasan' atau bahkan 'mogok', tidak mau berdenyut. Selama saya berdinas di ruang ICCU selama 1 minggu, bapak ini termasuk salah satu dari sekian pasien yang sudah membaik kondisi umumnya. Sebenarnya, beliau bukan pasien yang saya ambil sebagai kasus kelolaan. Akan tetapi, pembimbing klinik memilih beliau sebagai kasus saya untuk ujian hari Jumat tanggal 16 Desember lalu. Dua hari terakhir yang memberi pencerahan bagi saya.

Hari Jumat, ketika saya ujian, kondisi beliau bagus sekali. Walhasil tindakan yang saya lakukan hanya merekam EKG, dressing injection plug, membantu memberikan obat oral, membantu memberikan diet, dan menghitung balance cairan.

Hari Sabtu, ketika saya mengikuti operan pagi, kondisi beliau memburuk. Rupanya TPM beliau beberapa kali 'loss' sejak pukul 5 tadi. Bahkan di tengah-tengah saya suapi sarapan, beliau terengah-engah dan mengeluh mau pingsan. Sarapan dihentikan, si bapak hanya minum susu, dan setelah itu langsung dibawa ke ruang tindakan untuk direposisi. Satu jam kemudian, si bapak kembali ke ICCU. Tapi tak lama, beliau mengeluh kedinginan. Oke, AC segera saya matikan. Namun hal tersebut tidak membantu. Beberapa menit kemudian beliau menggigil hebat. Monitor menunjukkan TPM yang baru saja direposisi kembali 'loss'. Setelah distabilkan untuk sementara, beliau segera dilarikan ke ruang intervensi jantung. Oleh dua orang perawat, seorang dokter dan saya yang masih ingusan.

"Maaf ya mbak, jadi nambah-nambahi tugas panjenengan," beliau masih sempat-sempatnya berkata demikian.

"Tidak pak, ini sudah menjadi tugas saya," jawab saya menahan rasa tercekat di tenggorokan. Betapa baik orang yang sedang kritis ini, dan betapa sedikit yang bisa saya lakukan untuk membantunya.

Alhamdulillah, reposisi yang kedua kalinya ini berjalan lancar. Tidak sampai tiga puluh menit, si bapak sudah kembali kami bawa ke ICCU untuk monitoring lebih lanjut.

"Saya kira saya tadi sudah mau berakhir mbak," katanya dengan pandangan mata menerawang.

"Alhamdulillah pak, bapak masih diberi kesempatan oleh Allah SWT," timpal saya.

"Iya mbak, namanya juga ikhtiar. Tapi seandainya saya harus menjemput takdir, entah sekarang, besok atau lusa, saya sudah siap. Saya sudah diberi begitu banyak kesempatan. Jantung saya ini sudah bekerja lama."

"Tapi harus tetap optimis ya Pak?"

Si bapak mengangguk dan tersenyum penuh keyakinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun