Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang bapak satu anak. Mahasiswa prodi Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pulang dari Matahari

22 November 2020   13:42 Diperbarui: 22 November 2020   13:59 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ada apa di dalam matahari? Hanya api. Api- api yang meletup-letup terlontar di sana-sini, semburan api, kata buku-buku ilmu sains. Tidak ada yang pernah bisa ke pusatnya karena akan hangus sebelum sampai di sana. Bahkan tak akan sampai merkurius. Bohong. Pono dan gerombolannya sudah pernah ke sana. Hanya saja tidak perlu menancapkan bendera, berswafoto dengan papan nama, atau heboh di beritakan oleh media dan menggemparkan jagad raya.

Tidak perlu pesawat ulang-alik berteknologi tinggi, perhitungan matematis, perhitungan-perhitungan astronomi,   tidak perlu mengetahui apa-apa yang mereka katakan di buku-buku, di jurnal-jurnal, di makalah-makalah, di penelitian-penelitian, tidak perlu semua itu. Jaman dulu, orang bepergian ke mana-mana tidak perlu mobil-mobil yang mereka jual, tidak perlu kereta pesawat dagangan mereka. Pono sering bercerita tentang itu pada Maryam. Orang-orang dulu pergi haji dalam sekejap mata. Bahkan raganya bisa ada di mana-mana dalam waktu yang sama.

"Kamu kan mahasiswa, harusnya kamu berpikir ilmiah, jangan percaya takhayul dan mitos melulu"

Sejak kapan apa yang disebut ilmiah itu ada? Dan kenapa ada ilmiah dan tidak ilmiah? Dan kenapa parameternya ditentukan oleh mereka. Segala yang tidak sanggup mereka lakukan disebut tidak ilmiah. Segala yang disembunyikan dari penglihatan mereka disebut takhayul dan mitos. Orang-orang yang membaktikan diri belajar ilmu psikologi mati-matian menolak eksistensi dunia tak kasat mata dengan teori-teori, orang-orang sains mati-matian belajar mengenal sel, bahkan katanya sudah menemukan sel apa yang disebut orang-orang sebagai Tuhan.

Orang-orang mereka membukukan kebakuan pengetahuan. Menyusun metodologi sesuai mau mereka. Yang tidak seragam maka tidak dapat disebut ilmiah. Mati-matian mereka membunuh mitologi, legenda, kisah-kisah lisan, dalam pembuktian-pembuktian berabad-abad. Maka, terlahirlah manusia seperti Maryam yang menyebut pelangi sebagai pembiasan cahaya. Ia tiada lagi tahu bahwa pelangi adalah saat bidadari mandi seperti apa yang dilihat oleh Pono.

Pono sendiri bersama gerombolannya membuktikan bahwa bidadari-bidadari kahyangan yang sedang numpang mandi ke bumi itu begitu cantik dan menggoda mata mereka mengintip.

Maryam tiada pernah tahu bahwa setiap kilat terlihat di langit, lalu terdengar petir menggelegar, ketika itu malaikat sedang mencambukkan cemeti mengerikan yang membuat jin dan setan tunggang langgang. Maryam tiada percaya semua itu. Pengetahuannya hanya pengetahuan seragam yang dibakukan dan dipaksakan oleh mereka yang menyebut diri mereka orang-orang ilmiah.

Maka Maryam tidak dapat mempercayai matanya ketika Pono dan kawan-kawannya terbang satu per satu menuju angkasa luas. Hitungan dan teori-teori yang dipelajarinya tidak mampu menjelaskan apa-apa. Barangkali setengah mati Maryam akan berpikir bahwa kejadian itu halusinasi, bahwa ia tak pernah benar-benar melihat kejadian itu.

Maka ketika akhir bulan itu Pono datang ke hadapannya, ia hanya berpikir lelaki itu hanya baru pulang dari plesirannya bersama kawan-kawannya. Ia sudah, atau terus-menerus berusaha, lupa akan kejadian lalu itu.

"Tahukah kamu, bahwa Matahari adalah tempat yang begitu hangat dan mempesona?" Tanya Pono.

"Kamu harusnya terbakar hangus di dalamnya kalau benar sudah ke sana!"

Pono hanya tertawa-tawa. Maryam tidak akan pernah dapat diajaknya turut serta. Ia tidak tahu bahwa Matahari hanya suatu tempat bercahaya yang begitu hangat dan nyaman. Buat orang-orang yang tidak percaya seperti Maryam, barangkali matanya akan buta sepulang dari sana.

...

Cipayung, November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun