Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang bapak satu anak. Mahasiswa prodi Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lekat Dengan Realitas, Lagu Cinta Sore Hari: Drama Pendek yang Kuat Amanat

31 Oktober 2019   01:14 Diperbarui: 31 Oktober 2019   01:20 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali dipentaskan di panggung, naskah yang sebenarnya adalah pesanan untuk sebuah film pendek yang berjudul Sebentar Saja (ketika waktu tak bisa tergantikan) yang disutradarai Gritte Agatha ini berhasil memikat penonton setidaknya untuk penulis pribadi.

Secara garis besar, drama ini berkisah tentang seorang anak yang memprotes ibunya karena terlalu sibuk dengan gawainya ini, sehingga membuat sang anak resah dengan kondisi komunikasi yang kurang, teramat lekat dengan realitas yang terjadi di sekitar kita saat ini.

Di awal cerita terlihat sang ibu sangat sibuk berkutat dengan gawai, baik obrolan maupun bermain permainan daring, diiringi lantunan lagu latar yang membuat hanyut penonton dalam cerita. Tingkah sang ibu membuat sang anak yang digambarkan berusia remaja tanggung itu akhirnya muak dengan keadaan yang tampaknya sangat membuat mereka berjarak. Kirana, sang anak, merindukan percakapan-percakapan tanpa jarak, merindukan pertengkaran-pertengkaran kecil tapi selesai di meja makan.

dokpri
dokpri
Awalnya sang ibu tidak terima dengan protes sang anak, hendak menampar tapi akhirnya sesak napas. Kirana kemudian mengambilkan air minum untuk membuat kondisi ibunya membaik, namun lepas diberi air, sang ibu kembali birahi dengan gawainya. Kirana kembali memprotes dan meluapkan isi hatinya yang akhirnya menyentuh batin sang ibu. Kemudian waktu berputar seperti seharusnya, ketika Kirana sudah menjadi seorang ibu, ia melakukan hal yang sama. Sama seperti ibunya dulu.

Selepas pementasan drama yang diulang sekali lagi (untuk penonton yang terlambat hadir) diberikan sesi diskusi. Banyak pertanyaan penonton yang langsung dapat dijawab oleh sang penulis dan sutradara. "Hanya 7 menit dalam film pendek, kita berfikir keras bagaimana cara supaya memperpanjang durasi. Mungkin anda kurang puas, sah-sah saja, kami akan memberikan yang lebih baik untuk pementasan-pementasan selanjutnya, terima kasih atas apresiasi anda menonton pementasan ini." Jawab sang penulis naskah, dan sutradara Maryam Supraba dan Angin Kamajaya ketika ditanya seorang penonton yang kurang puas terhadap durasi yang singkat.

Keunikan yang jadi nilai tambah estetik pada drama ini amat terlihat ada pada cara sutradara secara kreatif menambahkan kostum mukena hitam putih pada saat adegan yang penulis tangkap sebagai transisi perputaran waktu.

dokpri
dokpri
Drama pendek yang cukup apik ini tentu saja tidak lepas dari ketidaksempurnaan. Beberapa hal yang penulis amati adalah, ketika drama di ulang pada sesi kedua, terdapat kesalahan ketika adegan mengambilkan sang ibu air, botol yang seharusnya masuk di dalam kulkas masih ada di meja, sempat terlihat konsentrasi pemeran pecah. Meski gesturnya tipis, namun begitu terasa. Hal lain yang cukup mengganggu penulis adalah masih ketika adegan sang anak mengambil air, ia harus ke belakang dulu, padahal properti lemari es terdapat pada samping meja.

dokpri
dokpri
Secara keseluruhan, drama ini memuaskan, sekali lagi setidaknya bagi penulis pribadi. Bahwa hal yang sebenarnya wajar, namun kurang jeli diamati oleh kita karena terasa begitu dekat ternyata adalah sebuah masalah yang dapat dikaji lebih dalam. Pesan untuk peka terhadap hal di sekeliling kita juga tersampaikan dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun