Mohon tunggu...
Ayu Saraswati
Ayu Saraswati Mohon Tunggu... -

Full time dreamer..Never stop believing in dreaming, and never stop dreaming of believing. That is what gives us hope, and what keeps us alive *cheers

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berkunjung ke Pabrik Tua di Surabaya Utara

13 Juni 2012   09:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:02 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya, program tematik tur Oude Fabriek Track ini sudah pernah diadakan di penghujung tahun 2011 lalu. Akan tetapi, tingginya animo masyarakat terhadap tematik tur ini menginspirasi House of Sampoerna untuk kembali mengadakan kunjungan ke industri tua yang berlokasi di Kawasan Surabaya Utara, terlebih momen ini bertepatan dengan musim liburan sekolah yang jatuh pada Bulan Juni setiap tahunnya. Tidak berbeda dengan sebelumnya, tur ini diadakansetiapSelasa hingga Kamis mulai12 Juni - 08 Juli 2012. setiap pukul 09.00 pagi. Melalui tur ini kita tidak hanya diajak mengetahui sejarah pendirian pabrik beserta proses produksi, tetapi juga diajak untuk mengenali sejarah dibalik lokasi pendirian pabrik-pabrik tersebut. Terhitung 3 pabrik yang akan kita kunjungi dalam sekali perjalanan, yaitu Pabrik Siropen, Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen dan Pabrik Mie dan Misua Marga Mulya.

Sesuai penjelasan yang diberikan olehTur Guide SHT.Sebagaisebuah kota yang memiliki sejarah panjang, Surabaya memiliki pusat kota lama yang disebut Kota Bawah(Beneden Stud)yang terletak di kawasan Utara Surabaya. Pada tahun 1843, dibawah ketentuan undang-undangWijkenstelsel, Kota Bawah terbagi menjadi dua wilayah pemukiman berdasarkan etnis yaitu permukiman orang Eropa di sisi Barat dan pemukiman masyarakat Timur Asing (Vreande Oosterlingen) seperti masyarakat Tionghoa (Chineesche Kamp) dan Arab (Arabische Kamp) di sisi Timur Jembatan Merah. Sementara, pemukiman masyarakat Pribumi cenderung menyebar di sekitar hunian orang Tionghoa dan Arab.

Adanya kebijakan yang memberlakukan pembatasan pemukiman ini menimbulkan pengaruh terhadap kegiatan perekonomian di kawasan Kota Bawah. Salah satunya, keberadaanpabrik yang akan menjadi lokasi kunjungan pertama dalam tur ini, yaitu ‘Siropen Telasih’ yang berlokasi di sisi Barat Jembatan Merah, dimana pabrik sirup pertama di Indonesia inididirikan pada tahun 1923 oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama JC Van Drongelen. Ditempat ini, kita dapat melihat proses pembuatan sirup secara langsung,  pemanis yang digunakan 100%  menggunakan gula asli, dan untuk perasanya mereka menggunakan buah yang telah diambil ekstrak-nya. Jadi buat anda yang peduli kesehatan, tidak perlu ragu untuk mengkonsumsi sirup ini karena masih alami dan tanpa bahan kimia. Tidak hanya itu, dalam proses pembuatan sirup ini, alat yang digunakan-pun masih tergolong tradisional alias JADOEL. Bisa dilihat pada foto di atas, untuk melabeli tutupnya digunakan uap dari corong teko yang telah dipanaskan.

Selanjutnya, kita mengunjungi Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen yang terletak di sisi Timur Jembatan Merah, pabrik ini didirikan oleh Hwan Kieng Hien dan istrinya yang berasal dari dataran China pada tahun 1937. Selama proses pembuatan kecap manis, kita akan melihat kuali raksasa tempat bumbu-bumbu dan bahan pembuatan kecap diaduk menjadi satu. Di sebelah kiri kuali tersebut kita akan melihat puluhan guci yang dijajar...Setelah diamati, ternyata guci tersebut berisikan kedelai yang sedang difermentasi. Menurut informasi yang saya dapatkan dari MbahGOOGLE, konon semakin lama proses fermentasi maka kecap yang dihasilkan akan terasa lebih enak. Saya jadi teringat dengan proses pembuatan tauco yang terdapat dalam film 'Jang Geum', drama saeguk favorit saya.

1339579408566118665
1339579408566118665
Berbeda dengan kedua lokasi pabrik tersebut, lokasi pemberhentian terakhir yakni pabrik Mie dan Misua Marga Mulya berada di sisi Barat Jembatan Merah meski didirikan oleh warga keturunan Tionghoa. Hal ini tidaklah mengejutkan karena pabrik tersebut baru berdiri pada tahun 1948, yaitu sesaat setelah undang-undang Wijkenstelsel dihapuskan. Pabrik ini memproduksi dua macam makanan yaitu Mie dan Misua. Bisa dilihat di gambar yang saya ambil, yang berwarna kuning adalah Mie, sedangkan yang berwarna putih adalah Misua. Keduanya diyakini sebagai perlambang 'panjang umur' bagi yang memakannya. Perbedaanya adalah pada komposisi pembuatannya, menurut Pak Subiyanto pemilik CV Marga Mulya ini, Misua berbeda dengan Mie karena tidak mengandung Soda, sehingga lebih aman bagi lambung. Di akhir acara, kita disajikan berbagai olahan Misua, ada Tamisua dan Schotel. Jangan ditanya mengenai rasanya, karena lembut dan sedikit mengutip kata Pak Bondan ----> MAK NYUSSSS

Sedikit informasi, tur tematik SHT ini diselenggarakan secara berkelanjutan pada periode-periode tertentu guna memperkenalkan tempat-tempat menarik dan memiliki nilai sejarah di Surabaya. Tur SHT dapat dinikmati oleh wisatawan maupun masyarakat Surabaya gratis .Melalui berbagai tur SHT, kita tidak hanya dapat menikmati berbagai bangunan cagar budaya, namun juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun