[caption id="attachment_310667" align="aligncenter" width="638" caption="Alcazaba (foto: Rahmadiyanti Rusdi)"][/caption]
Jalan-jalan adalah sebuah kegiatan yang tentunya sangat mengasyikkan, bukan? Dengan jalan-jalan, segala kepenatan dan kelelahan kita dalam beraktivitas akan menjadi hilang. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan berbagai pelajaran dari jalan-jalan yang kita lakukan.
Agar momen terindah dalam jalan-jalan kita tidak terlewatkan begitu saja, ada baiknya kalau kita mulai untuk merangkai momen itu dalam sebuah catatan perjalanan. Selain untuk dibaca sendiri, catatan perjalanan yang kita tulis bisa juga dimuat di media, baik media sosial maupun media massa. Kalau dimuat di media sosial, tentu saja bayarannya gratis. Nah, tapi kalau dimuat di media massa, kita bisa memperoleh penghasilan tambahan lho! Mau coba?
Masih bingung bagaimana caranya membuat catatan perjalanan? Tenang, ternyata ada seseorang yang sudah berbagi ilmunya nih! Dalam sebuah workshop penulisan,  Rahmadiyanti Rusdi, yang akrab disapa Mbak Dee, pernah menyampaikan langkah-langkah dalam menulis catatan perjalanan. Penulis yang juga traveler ini sudah jalan-jalan ke 18 negara. Pengalaman jalan-jalannya itu telah dipublikasikan di media sosial (facebook) maupun media massa (Majalah Ummi dan Koran Republika). Mantap, bukan?
Berikut langkah-langkah menulis catatan perjalanan a la Mbak Dee. Silakan disimak!
1.Selama perjalanan
Mbak Dee sangat menganjurkan kita untuk mencatat hal-hal penting dan unik yang ditemui selama perjalanan. Jadi, saat jalan-jalan jangan segan untuk membawa notes dan alat tulis. Mengapa?Karena kalau hanya mengandalkan ingatan saja dan tidak mencatatnya, Â hal-hal penting dan unik yang kita jumpai mudah hilang begitu saja.
Nah, supaya bisa menemukan hal-hal itu, kita perlu melakukan pengamatan selama jalan-jalan. Sedapat mungkin kita memerhatikan setiap hal yang ditemui. Jadi, kita dituntut untuk peka terhadap kondisi sekitar selama jalan-jalan berlangsung.
Selain mencatat dan melakukan pengamatan, Mbak Dee juga meminta kita agar menyimpan hal-hal yang berkaitan dengan jalan-jalan yang kita lakukan. Misalnya menyimpan tiket bus, tiket kereta, boarding pass pesawat, dan menu makanan yang kita temui. Hal-hal tersebut bisa kita simpan secara langsung atau kita abadikan dengan kamera kita. Menyimpan hal-hal tersebut sangat diperlukan sebagai sarana untuk mengingat kembali  apa yang pernah kita lakukan selama jalan-jalan.
Agar catatan perjalanan yang kita tulis nantinya lebih menarik, Mbak Dee sangat menyarankan kita untuk mengambil foto selama jalan-jalan secara detail. Misalnya, foto orang yang sedang beraktivitas, foto tempat yang kita kunjungi atau foto makanan. Foto-foto yang kita ambil akan semakin ‘menghidupkan’ tulisan kita sehingga pembaca seperti melihat secara langsung.
2. Setelah Perjalanan
Jalan-jalan telah usai. Kini tiba waktunya untuk menulis. Sebelum mulai menulis, Mbak Dee mengajak kita untuk melakukan dua hal, yaitu menentukan topik khusus dan melakukan riset.
Mbak Dee mencontohkan, misalnya kita sudah melakukan perjalanan ke Paris. Selama di Paris, kita ternyata memiliki dua pengalaman, yaitu  mengunjungi Menara Eiffel dan diawasi polisi di Masjid Agung Paris. Dari pengalaman tersebut, ada dua topik yang bisa kita pilih, Keindahan Menara Eiffel atau Diawasi Polisi di Masjid Agung Paris. Untuk topik yang pertama, sepertinya sudah banyak orang yang menuliskannya. Topik yang kedua rasanya lebih menarik untuk dituliskan karena belum tentu orang lain pernah mengalami.
Setelah menentukan topik khusus, barulah kita melakukan riset. Mbak Dee meminta kita untuk menemukan hal unik dan kemudian menghubungkannya dengan pengalaman empirik. Dari topik khusus di atas, hal unik dan empirik yang kita temukan adalah keberadaan Masjid Agung di jantung kota Paris.
Setelah menentukan topik dan melakukan riset, tentukan siapa segmen pembaca tulisan kita. Hal ini perlu dilakukan jika kita ingin mengirimkan catatan perjalanan ke media massaa. Setelah itu, sebaiknya kita juga ‘meraba’  bagaimana karakter pembaca. Karakter pembaca majalah wanita tentu berbeda dengan karakter pembaca koran. Oleh karena itu, kita perlu menyesuaikan tulisan kita dengan segmen dan karakter pembaca.
Setelah mengetahui siapa dan bagaimana pembaca kita, saatnya mulai menuangkan apa yang telah kita alami dan teliti. Agar menarik, buatlah lead (pembuka tulisan) yang berbeda sehingga pembaca tak akan beranjak sampai benar-benar selesai membaca tulisan kita. Ajak pembaca mengikuti jejak kita dengan cara menuliskan fakta-fakta yang kita alami.
Libatkan juga emosi kita ketika menulis. Tulis apa yang kita rasakan selama jalan-jalan. Ungkapkan juga rasa suka atau tidak suka kita pada tempat yang telah kita kunjungi. Inilah yang akan membuat catatan perjalanan kita semakin ‘berwarna’.
Selain itu, Mbak Dee juga menganjurkan untuk memasukkan hal personal dalam tulisan kita. Hal ini perlu dilakukan agar pembaca merasa ‘dekat’ dengan kita yang telah melakukan perjalanan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam tulisan kita adalah bagaimana mendeskripsikan tempat yang kita kunjungi. Mbak Dee berpesan untuk mengurangi penggunaan kata sifat dalam tulisan kita dan lebih menonjolkan deskripsi. Contohnya:
Menara yang terletak di jantung kota Paris itu sangat tinggi.
Mari kita deskripsikan kata ‘tinggi’ tersebut sehingga tulisannya menjadi:
Menara yang terletak di jantung Kota Paris itu ukurannya tiga kali lebih besar daripada Tugu Monas.
Terakhir, berusahalah mencari benang merah dari catatan perjalanan kita. Galilah hal-hal bermakna yang kita dapat selama perjalanan dan tuangkanlah dalam tulisan.
Selamat berjalan-jalan dan menuliskannya!
*Tulisan bersumber dari slide dan paparan Rahmadiyanti Rusdi dalan workshop penulisan ‘Berbagi Hikmah dengan Catatan Perjalanan’.