Setelah twitter, ada lagi aplikasi yang mengubah gaya komunikasi kita. Apa itu? Ya, Anda benar! WhatsApp! Sebuah aplikasi chat interaktif asal Amerika Serikat, dimana para membernya bisa aktif bertexting ria. Bisa chat antara dua orang, empat orang, enam orang, bahkan sampai lima puluh orang!
Bagi orang yang sibuk dan memiliki banyak urusan, fitur yang diandalkan di WhatsApp adalah grup. Satu orang bisa memiliki lebih dari satu grup, tergantung berapa banyak masalah yang harus diperbincangkan. Bahkan, di satu organisasi, bisa muncul beberapa grup. Ada grup panitia X, grup pengurus Y, grup bidang Z, dan seterusnya.
Jika tak 'direm', maka pemilik grup WhatsApp bisa bekerja 24 jam memikirkan urusannya. Masih sibuk texting ketika harusnya waktu istirahat tiba. Masih sibuk texting ketika waktu makan. Parahnya, ketika bertemu dengan orang lain, masing-masing sibuk dengan urusan texting.
Sebenarnya, kalau digunakan secara bijak, grup WhatsApp punya banyak manfaat. Jadi sarana untuk menambah pengetahuan, mengefektifkan koordinasi, menjadi tempat untuk berbagi ide, dan mendekatkan anggota walaupun belum pernah atau jarang bertemu. Semua itu bisa diperoleh kalau chat yang dilakukan adalah chat yang produktif dan positif. Bukan candaan yang tak jelas, ledek-ledekkan tak bermutu maupun kata-kata kasar penuh amarah.
Apabila ada yang left grup, hendaknya tak ada prasangka buruk. Cari sebanyak mungkin alasan. Mungkin teleponnya sedang error, mungkin teleponnya hilang atau mungkin tak tahan lagi dengan 'ocehan' teman-teman segrup. Hmmm,ada baiknya sebelum chat mulai berjalan, admin grup membuat aturan agar chat bisa berjalan dengan 'damai' , sekaligus memperkecil kmungkinan anggota utk left grup.
Setelah membaca tulisan ini, ada baiknya sejenak menonaktifkan layanan data kita. Rehat dari kesibukan di grup WhatsApp masing-masing, kembali ke dunia nyata :)