Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pentingkah Memberi Batasan Penggunaan Gawai pada Anak?

23 November 2020   20:40 Diperbarui: 23 November 2020   21:06 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via tempo.co

Anak itu ibarat tanaman yang baru tumbuh, jika ingin ia tumbuh dengan baik. Maka rawat dengan sungguh-sungguh.~

Banyak orang tua di era digital ini merasa sulit menemukan cara terbaik dalam mengasuh anak. Semakin berkembang zaman, tantangan untuk memaksimalkan potensi anak semakin berat memasuki era sekarang. 

Tak dapat dipungkiri, anak-anak yang lahir setelah tahun 2010 atau yang akrab disebut sebagai generasi alfa, sangat akrab dengan kehadiran teknologi seperti yang dikemukakan dalam artikel Tirto, "Habis Milenial dan Generasi Z, Terbitlah Generasi Alfa". Hal itu dipertegas kembali oleh McCrindle Peneliti asal Australia dalam makalah Understanding Generation Alpha. Mereka yang tumbuh sebagai alfa ini, akan menjadi generasi yang sangat bergantung dan akrab pada teknologi melebihi generasi milenial dan generasi Z.

Sebuah tantangan baru bagi orang tua generasi alfa yang menyaksikan anak-anaknya kecanduan untuk berlama-lama di depan layar ponsel pintar. Selain mengawasi, para orang tua juga memiliki peran untuk mengatur konten yang ramah sebagai tontonan si kecil. Memang tidak semua perkembangan teknologi ini menghasilkan dampak buruk, kemajuan ini justru memiliki dua sisi mata uang seperti yang dikatakan oleh Psikologi Anak Adisti F Soegoto dalam artikel Lemonilo. 

Adisti menjelaskan bahwa sebaiknya anak tidak difasilitasi gawai sebelum usia dua tahun ke atas. Hal demikian diungkapkan karena biasanya anak masih akan melalui tahapan eksplorasi, bermain, interaksi dengan lingkungan sekelilingnya kisaran usia 0-5 tahun. Ketika mereka diberi gawai pada masa itu, ditakutkan akan memberi dampak yang dapat membuat anak menjadi mudah teralihkan fokusnya. Selain itu, kesempatan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan akan menjadi terbatas.

Lazimnya, anak menggunakan gawai sebatas untuk menonton video, mendengarkan musik, kemudian bermain games, atau bahkan bisa juga dimanfaatkan sebagai media belajar. Sebagai orang tua, tentu tidak bisa dengan serta merta kemudian menjauhkan anak dari hiruk pikuk canggihnya dunia teknologi. 

Hanya saja, jangan sampai anak bermain berlebihan dan membuat mereka ketergantungan. Mengutip dari laman theconversation.com, masa kanak-kanak modern yang cenderung dekat dengan gawai akan mengakibatkan aktivitas fisik rendah yang dapat memengaruhi keterampilan motorik menjadi buruk. Tentu hal demikian tidak diinginkan oleh setiap orang tua, kan?

Lalu, sikap apa yang bisa diambil orang tua terkait hal tersebut?

Dikutip dari buku seni literasi digital Japelidi, pengasuhan setiap orang tua itu berbeda-beda. Hal yang menurut orang tua A baik belum tentu bisa diaplikasikan untuk anak orang tua B. Solusi paling dasar yang bisa dilakukan sebagai orang tua untuk membatasi anak menggunakan gawai sesuai perkembangan usianya diantaranya.

Bayi (0-2 tahun). Menjauhkan paparan layar perangkat elektronik pada mata anak, mengalihkan perhatian anak dengan permainan realistis yang merangsang fisik dan panca indra.

Balita (3-7 tahun). Tidak menyediakan gawai secara pribadi, membatasi aktivitas di depan layar maksimal 2 jam, memasang mode anak-anak pada gawai.

Anak-anak (7-11 tahun). Membuat peraturan penggunaan gawai hanya untuk bermain dan belajar, mengenalkan nilai norma penting keluarga, mengajari konsep menjaga informasi pribadi, mengedukasi tentang konten negatif yang harus dihindari, mengarahkan anak dalam hal pemanfaatan konten gawai seperti menjadi sarana pembelajaran dan mengasah bakat minat.

Remaja (>11 tahun). Menegaskan bahwa penggunaan media digital untuk kegiatan yang produktif atau bermanfaat, mengenalkan fungsi media sosial sebagai kegiatan yang memicu produktivitas, mendiskusikan kegiatan bermedia digital yang positif.

Ulasan di atas, sejalan dengan pernyataan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) yang dilansir dalam World of Buzz. WHO baru saja mengeluarkan pedoman batasan maksimal penggunaan gawai utamanya untuk anak dibawah 4 tahun. Dalam pedoman tersebut, dianjurkan untuk 2-4 tahun menggunakan gawai tidak lebih dari satu jam dalam sehari. 

Bagaimanapun, masa kanak-kanak adalah momen yang tepat untuk mengembangkan bahasa dan sikap sosial bagi anak. Tak ketinggalan, dalam masa ini sebaiknya anak juga dapat merasakan eksplorasi yang menyenangkan dengan teman sebaya, lebih-lebih bersama tetangga terdekat bukan bersama gawai.

Duhai ayah dan ibu, masih terasa tidak pentingkah memberi batasan penggunaan gawai terhadap anak? Semoga tulisan ini bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun