Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Parental Burnout, Kondisi yang Harus Diwaspadai Ayah Ibu Saat Mengasuh Si Kecil

27 Oktober 2019   09:25 Diperbarui: 27 Oktober 2019   09:35 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Parental Burnout dari mumcentral


Kelelahan yang Anda rasakan sebagai orang tua dan kelelahan yang Anda rasakan di tempat kerja adalah dua fenomena terpisah dengan gejala yang sama.  Jessica Grose

Sebelum membahas jauh terkait parental burnout, Burnout syndrome ditandai dengan kelelahan fisik maupun emosional. Gejala ini mengakibatkan sejumlah penurunan energi pada tubuh sehingga penderita akan merasa lebih tidak bergairah seperti biasanya. Mirip dengan gejala depresi, selanjutnya, seseorang akan kehilangan minat dari pekerjaan maupun hal-hal yang disenangi.

Lebih jauh, burnout syndrome dapat membangun pandangan negatif terhadap pekerjaan dan lingkungan kerja. Pada titik tertentu, seseorang merasa muak terhadap apa yang telah atau sedang kerjakan.

Delapan sampai tiga puluh persen orangtua mengalami parental burnout berdasarkan penelitian dari Universit Catholique de Louvain Belgia. Teori yang disampaikan dalam penelitian tersebut menyatakan bahwasanya penyebab dari kondisi tersebut ialah adanya ketidaseimbangan antara resiko pengasuhan dan faktor lain dalam melindungi anak. dengan kata lain, faktor tersebut akan berubah menjadi resiko apabila perlindungan yang diberikan kepada anak telah melampaui batas wajar sehingga menyebabkan orang tua mengalami burnout.

Dapat disimpulkan bahwasanya parental burnout merupakan kondisi di mana orang tua berada pada tahap jenuh secara fisik maupun mental saat mengasuh anak. 

Hal ini dapat berpengaruh pada rasa ketidakpuasan diri dan perasaan 'gagal' menjadi orangtua. Hal ini pula yang akan menyebabkan turunnya minat dalam pengasuhan. 

Rasa letih tersebut umumnya cenderung dipicu oleh faktor emosional seperti stres. Keadaan ini sangat memungkinkan dialami oleh ibu maupun ayah.

Sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Roskam dan koleganya Dr. Mora Mikolajczak, Ph.D., seorang profesor psikologi di Universit Catholique de Louvain, burnout pada orang tua cenderung terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara tuntutan sebagai orang tua dan faktor pendukung dalam menjalankan peran tersebut.

Lalu hal apa saja yang dapat mendorong terjadinya resiko burnout?


  • Adanya rasa ingin serba sempurna (perfeksionis) dalam diri orang tua
  • Kurang mampu mengelola emosi dengan baik
  • Kurangnya pengetahuan mengenai pola pengasuhan anak
  • Kurangnya dukungan dalam mengasuh anak
  • Menanggung beban mengasuh anak bersamaan dengan adanya beban pekerjaan (untuk ibu dan ayah yang bekerja)

Merasa lelah saat mengasuh anak merupakan hal wajar dalam menjadi orang tua, tetapi, yang kemudian hal itu telah mencapai taraf yang tidak wajar, justru akan menjadi faktor pendukung terjadinya burnout ini. 

Orangtua yang mengalami burnout dalam durasi lama, tentu memberi dampak negatif pada perkembangan fisik dan emosional anak. Pasalnya, burnout yang dibiarkan cenderung dapat memicu perilaku lalai dan kekerasan pada anak ketika mengasuh. Maka dari itu, rasa jenuh atau burnout ini perlu diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun