Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus

28 Agustus 2019   22:05 Diperbarui: 28 Agustus 2019   22:20 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus oleh meenta.net

Karena tiada manusia yang tercipta sempurna, selayaknya kita senantiasa bersyukur dengan segala yang ada.

Setiap orang tua pasti menginginkan untuk mendapat keturunan yang sempurna tanpa memiliki kekurangan. Namun, pada kenyataannya tidak ada satupun manusia di dunia ini yang terlahir sempurna. Bagaimanapun, segala sesuatu yang telah hadir di muka bumi telah tercipta dengan sebaik-baik ciptaan Sang Pemilik Alam.

Sebagai ciptaanNya, terlebih dalam sudut orang tua tidak mungkin akan mengelak setiap pemberian Tuhan. Baik buruknya kondisi anak yang dianugerahkan sudah mengalami proses yang terbaik.

Terlebih, memiliki anak berkebutuhan khusus dalam bagian keluarga akan mengalami perlakuan yang seikit berbeda dengan anak pada umumnya. Keluar dari konteksnya yang terkesan lebih unik dari kebanyakan orang. Anak berkebutuhan khusus memerlukan penanganan kusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang sedang mereka alami (Desiningrum, 2016).

Memiliki keterbatasan disalah satu atau beberapa kemampuan dibanding anak lain, tidak membuatnya kemudian layak untuk dipandang sebelah mata. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia 2013 menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus ialah mereka, anak-anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.

Dengan begitu, perlakuan yang selayaknya didapatkan anak berkebutuhan khusus bukanlah hal yang justru dapat menghambat tumbuh dan kembangnya. Melainkan, sikap untuk terus mendukungnya agar senantiasa percaya dirilah agar mereka dapat menjalani kehidupannya dengan seutuhnya dan tidak merasa lebih rendah dari anak-anak pada umumnya.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan anak dikatakan sebagai berkebutuhan khusus, mulai dari kejadian sebelum lahir, saat lahir, hingga hal-hal yang terjadi setelah proses kelahirannya. Hingga terbentuk tiga kategori tersebut pastilah ada penjelasan yang dapat memperjelas penyebab anak berkebutuhan khusus.

Semasa dalam kandungan atau sebelum kelahiran, faktor internal atau keturunan yang berasal dari ibu si anak bisa saja memengaruhi anak berkebutuhan khusus. Baik itu dari infeksi kehamilan, gangguan genetika, usia ibu hamil yang terlalu beresiko, hingga pengalaman traumatik pada ibu bisa saja memengaruhi kondisi calon bayi.

Berbeda dengan masa pre-natal, memasuki proses kelahiran, gejala seperti kelahiran yang sulit, penanganan yag salah saat melahirkan, persalinan spontan, sampai proses kelahiran prematur juga dapat menyebabkan kecacatan bayi saat kelahiran. Hingga sampai dengan sebelum berakhirnya usia perkembangan, kejadian seperti kecelakaan, keracunan, hingga kejang sebaiknya dihindari agar bayi tidak mengalami kecacatan.

Adapun klasifikasi anak berkebutuhan khusus menurut Individuals with Disabilities Education Act Amandements (IDEA) 2004 terbagi menjadi tiga kriteria. Anak dengan gangguan fisik (tunanetra, tunarungu, tunadaksa), anak dengan gangguan emosi dan perilaku (tunalaras, tunawicara, hiperaktif), dan anak dengan gangguan intelektual (tunagrahita, slow learner, anak berkesulitan belajar khusus, anak berbakat, autisme, indigo).

Anak berkebutuhan khusus memerlukan sosok orang tua yang tangguh untuk menemaninya dalam bertumbuh kembang. Untuk itu, jangan pernah merasa gagal karena telah dianugerahi Tuhan anak yang luar biasa. Bagaimanapun, kalian adalah orang-orang terpilih akan hal kebaikan~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun