Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Barangsiapa Berjalan di Atas Kebaikan, Maka Sampailah Ia

15 Januari 2018   09:41 Diperbarui: 15 Januari 2018   09:58 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikala semua sibuk menyiapkan bekal untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan menyiapkan bimbingan belajar kesana kemari. Aku termasuk siswi yang cukup berbeda dari kebanyakan teman-teman dekatku. Tepat seusai UN SMA sederajat dilaksanakan. Aku yang sebelumnya memang berencana untuk masuk ke pondok mulai mengutarakannya lagi kepada kedua orangtuaku sesampainya dirumah. Ya, entah mengapa keinginan satu ini harus sekali untuk diwujudkan. Seperti ada Malaikat yang berbisik bila hal ini tidak dilakukan maka ada sesuatu buruk terjadi padaku. Rasanya aneh tetapi aku suka.

Dan pada akhirnya kedua orangtuaku pun setuju. Memang sebelumnya aku selalu berdebat panjang mengenai hal ini. Tapi tak apalah yang penting saat itu mereka sudah setuju dan satu hari lagi aku akan berangkat ke pondok yang terletak tidak jauh dari sekolah Aliyah (baca: SMA) ku saat itu. Alhamdulillah, tinggal lihat saja syarat apa lagi yang akan mereka beri kepadaku sebelum aku benar-benar berpindah ke kamar baruku di pondok.

Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Mereka menitipkan pesan sebelum aku benar-benar jatuh ketangan Bapak dan Ibu Nyai di pondok. Hmm... Kalau dipikir-pikir lagi, bukan pesan sih ya. Mereka memondokkan ku dengan syarat yang cukup berkelas.

"Hati-hati ya mbak, mbak boleh ngaji sepuasnya dipondok sini. Asal mbak ingat, bahwa ibuk bapak ingin sekali mempunyai anak yang berpendidikan formal tinggi. Mbak harus tetap kuliah bagaimanapun caranya. Ya?"

Ok. Apapun akan kulakukan asalkan aku bisa mengaji dipondok ini. Dan akhirnya, prosesi serah terima menjadi penghuni baru di pondok ini pun berlangsung cukup mengharu biru. Tapi, sejauh ini aku belum menitihkan air mata. Dan itu tandanya aman. Karena jika air mata sampai jatuh, pasti hal itu akan berat sekali. Karena aku adalah tipikal cewek yang gak bisa menangis sebentar. Jadi, Kejadian barusan sangat menyelamatkan kesan pertama di depan Abah dan Ibu baruku.

Perjalanan baru dimulai. Dan selamat datang kehidupan baru yang lumayan menguras fisik dan psikis ini. Meskipun begitu, tak pernah sekalipun aku merasa capek fisik yang seperti kebanyakan orang sehabis berkegiatan banyak. Mungkin karena ditempat ini tak pernah henti-hentinya dilantunkan ayat suci Al-Qur'an kali ya? Aku harap begitu terus kedepannya. Dan ternyata benar. Sebulan berjalan begitu cepat. Dan aku belum pulang sama sekali sampai pada akhirnya ini adalah kesempatan terakhirku untuk mendapatkan tempat untuk belajar formal lagi.

Kegiatan bulan ramadhan yang tak mengijinkan ku untuk banyak keluar untuk mengurusi keperluan kuliah pada akhirnya membuatku menyerah. Hingga membuahkan panggilan yang mengharuskan ku untuk menghadap Ibu karena banyak hal yang harus diperbaiki dari sisi kejiwaan yang terus menurun pada setiap harinya. Dan, Ibu berhasil! Ibu berhasil membangunkanku dari keterpurukan beberapa hari terakhir ini. Satu pesan yang berhasil membuatku optimis lagi adalah

"Jika kamu sungguh sungguh dalam cinta dan belajar al -Qur'an hingga kamu lupa akan duniamu sendiri. Yakinlah, Tuhan tidak pernah tidur. Dia akan menggantikanmu dengan kebaikan yang berlipat-lipat untukmu"

Sekeluar dari Ndalem (Sebutan rumah Bu Nyai kalau di pondok) Aku masih belum bisa menghapuskan tangis bahagia ini berkat nasehat nasehat ibu yang barusan kudapat. Hingga semua santri yang sedang asyik membuat hafalan pun berlarian untuk menemuiku menanyakan hal apa yang sedang terjadi. Satu persatu dari mereka mulai memahamkan kondisi yang sedang aku alami. Hingga hari hari dapat kulalui seperti biasanya.

Senyum itu benar-benar dapat kuartikan sesungguhnya setelah aku melihat sendiri pengumuman kelulusanku disalah satu perguruan tinggi islam negeri di Malang yang secara tertulis menerimaku sebagai mahasiswi barunya. Saat itu aku benar-benar merasakan Kenikmatan dari setiap perjuanganku mengaji, membuat hafalan selama dipondok. Pertolongan Allah lewat al-Qur'an nya kepada hambaNya yang insyaaAllaah sungguh-sungguh dalam mewujudkan keinginan terbaiknya benar adanya. Hingga saat ini pun, aku masih merasakan keberkahan dari apa yang kuusahakan kala itu. Sulit itu memang ada, tapi tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak iya.

Selamat menikmati hari senin! Semoga bermanfaat.

Kediri, 15 Januari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun