Mohon tunggu...
Ayuni MeriYanti
Ayuni MeriYanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jangan malas untuk membaca ya, karena membaca dapat mengubah dan menambah wawasan kita.

Jangan lupa follow instagram aku ya @ayunimeriy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lembaga Propoganda Jepang di Jawa

19 April 2021   13:00 Diperbarui: 19 April 2021   13:09 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Propaganda diartikan sebagai organisasi yang mengirimkan pesan-pesan. Yang tugasnya untuk menyebarkan agama Kristen Katholik di kalangan masyarakat non-Kristen. Propaganda pula berkaitan dengan metode yang digunakan buat mengantarkan pesan, selaku contoh: iklan, film serta tv( James E. Combs serta Dimmo, 1994: 9). Yang tujuannya selaku komunikasi yang diperuntukan buat memberitahukan tujuan yang di idamkan( kerap bertabiat subversif serta jahat) terhadap para penonton, serta dicoba dengan cara- cara yang mempengaruhi( James E. Combs- Dan Nimmo, 1994: 23).

Sistem propaganda dalam konteks kekuasaan Jepang di Indonesia mencakup organisasi, pesan, serta metode penyampaian pesan yang diperuntukan untuk pengaruhi bangsa Indonesia guna menunjang pencapaian tujuannya.

Setelah menguasai Indonesia, Jepang secara resmi mengumumkan kekuasaan pemerintahnya Osamu Seirei (undang-undang) no 1 pasal 1, 2, 3, 4 pada tanggal 7 Maret 1942. Dalam undang-undang tersebut Jepang menampilkan strategi untuk membangun kekuasaan militeris di Indonesia dengan bersembunyi di balik slogan mulia yaitu mengarahkan rakyat Indonesia menuju ke arah kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Slogan tersebut bertujuan untuk memberikan komitmen kepada penduduk dalam mendukung Jepang melawan sekutu.

Pada era penjajahan Jepang, di Indonesia terdapat 3 Pemerintahan Militer diantaranya : Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara ke-25) untuk Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi, Pemerintahan Militer Angkata Darat (Tentara Ke-16) untuk Jawa serta Madura dengan pusatnya di Jakarta, serta Pemerintahan Militer Angkatan Laut ( Armada Selatan ke- 2) untuk Sulawesi, Kalimantan, serta Maluku dengan pusatnya di Makasar( Marwati Djoened Poesponegoro, 1984: 5). Setelah resmi terbentuknya Pemerintahan Militer Jepang, maka secara langsung mengadakan pengawasan dan penyebarluasan Propoganda yang dilakukan oleh Balatentara Jepang melalui siaran radio, film dan pers.

Nama-nama organisasi Propoganda di Jawa yaitu :

  1. Jawa Hoso Kanrikyoku (Biro Pengawasan Siaran Jawa). Berdiri pada Oktober 1942 yang berfungsi sebagai siaran Domestik (pengelolaan dipercayakan kepada NHK, siaran radio Jepang). Jawa Hoso Kanrikyoku merupakan pusat radio siaran dan berkedudukan di Jakarta. Dan memiliki cabang di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Pada 19 Agustus 1945 siaran radio Hoso Kanriyoku diberhentikan.                                                                                                                                                                                                                                                          
  2. Jawa Shinbunkai (Perserikatan Surat kabar Jawa). Berdiri pada Desember 1942 yang berfungsi sebagai penerbitan surat kabar (pengelolaan di percayakan kepada Asahi Shinbun). Jawa Shinbunkai merupakan surat kabar yang terbit dibawah pengawasan badan. Surat kabar ini berbahasa Jepang yang berada di bawah pimpinan Bunshiro Suzuki. Pada tanggal 2 Februari 1943 mendirikan gabungan surat kabar di Jawa. Semua surat kabar yang dulunya berdiri sendiri sekarang berada dalam pengawasan dan pengaturan  Jawa Shinbukai. Pengawasan itu berbentuk isi, bentuk, jumlah ataupun wilayah peredarannya semua itu ditentukan oleh organisasi yang sudah terbuat Jepang. Selain itu didirikan juga badan sensor pres. Seluruh postingan tulisan yang dilansir baik di dalam pesan berita ataupun majalah, karya berupa cerita ataupun sajak wajib melewati badan sensor. Sehabis itu baru bisa dicetak serta tersebar bila telah disetujui oleh pegawai yang berwenang membagikan izin.                                                    
  3. Kantor Berita Domei didirikan pada bulan Oktober 1942 yang berfungsi sebagai korespondensi (surat-menyurat). Kantor Berita Domei pernah membantu untuk menyiarkan informasi tentang Kemerdekaan Indonesia. Waidan B. Palenewen yang menggambarkan Kepala Bagian Radio Domei menemukan bacaan proklamasi dari wartawannya yang bernama Syahruddin. Serta setelah itu dia menyuruh markonis bernama F. Wuz untuk menyiarkan kabar proklamasi terus menerus hingga jam 16. 00 namun diselang waktu 30 menit. Sayang baru 2 kali ditayangkan, tentara Jepang masuk ke ruang radio serta menghentikan siaran berita. Jepang yang setelah itu mendengar kabar Indonesia merdeka telah menyebar kemudian menghadiri kantor kabar Domei serta menyegel kantor kabar tersebut pada 20 Agustus 1945.                                                                                       Akhirnya Berita proklamasi kemerdekaan pun kembali berkumandang. Selain lewat radio, berita kemerdekaan Indonesia juga terus disebarkan lewat surat kabar, poster, dan pamflet atas bantuan dari para pemuda dan para teknisi radio para teknisi radio, yang terdiri dari Sukarman, Sutanto, Susilahardja, Suhandar, dan M. Yusuf Ronodipuro, membuat perlengkapan pemancar radio baru di jalur Menteng no 31 Jakarta.                    
  4. Jawa Engeki Kyokai (Perserikatan Oesaha Sandiwara Djawa) yang berfungsi sebagai produksi seni drama. Penciptaan drama bertambah, lahir dari karya seniman Indonesia seperti Abu Hanifah, Usmar Ismail, Armijn Pane, Idrus, Kotot Sukardi. Hinatsu bertugas mengetuai POSD, yang menggalakkan penyusunan serta pementasan drama. Kelompok sandiwara yang semula bermain tanpa naskah diwajibkan mementaskan cerita tertulis, sehabis lewat sensor POSD.                                                                                                                                                                                                                                    
  5. Nihon Eigasha atau Nichi'ei (Perusahaan Film Jepang), berdiri pada bulan April 1943 yang berfungsi sebagai produksi film.                                                            
  6. Eiga Haikyusha atau Eihai (Perusahaan Penditribusian Film), berdiri pada bulan April 1943 yang berfungsi sebagai distribusi film. Perusahaan ini gencar memproduksi film-film propaganda. Disitu terdapat suatu industri fim Jepang ialah, Nippon Eigasha yang ditugaskan buat menanggulangi penciptaan film di Jakarta. Untuk mendistribusikan film, Eiga Haikyusha ditugaskan ke tiap wilayah pendudukan Jepang. Di Jakarta Nippon Eigasha memakai sarana pembuatan film Belanda, multi Film, dengan perlengkapan serta bahannya yang telah disita oleh pihak Jepang.                                                                                                     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun