Mohon tunggu...
Ayunda IzzatulIman
Ayunda IzzatulIman Mohon Tunggu... Psikolog - mahasiswi

saya mahasiswi biasa aja, bikin akun cuma buat tugas tapi semoga akun ini berguna kedepannya. terimakasih :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Non-Verbal dan Verbal dalam Interaksi antara Anak Autis dan Normal, Berbeda atau Tak Bisa?

13 Juni 2019   01:51 Diperbarui: 13 Juni 2019   01:58 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lebah-lebah itu diletakkan di piring dan dengan pasokan makanan serta tidak terkena rangsangan dari luar sampai awal percobaan. Semua pengamatan dilakukan diruang inkubator dibawah cahaya putih. Untuk mencari lebah yang tidak responsif,Shpigler mengembangkan tes menggunakan dua tes perilaku yang ditetapkan : tes resident-intruder dan uji keperawatan.

Tes resident-intruder adalah survei 5 menit dari semua interaksi agresif yang ditunjukkan oleh lebah penduduk terhadap lebah yang tidak terkait dengan instruksi ; beberapa individu lebah (2-4 individu per grup) bereaksi dengan perilaku yang sangat agresif,menyerang penyusup dengan menggigit dan menyengat. 

Sementara, Uji keperawatan adalah survei 5 menit dari semua interaksi pengasuhan antara lebah dewasa dan larva ratu lebah yang berusia 4 tahun. Dalam sel lilin yang dihasilkan oleh ratu lebah yang diperkenalkan ke grup,beberapa individu (2-3 individu per grup) menanggapi dengan memasukkan sel ratu untuk dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi yang terjadi pada lebah lain. 

Kedua tes dilakukan pada kelompok lebah yang sama secara berturut-turut dan diurutan acak,dan kemudian kedua pengujian diulang secara acak selama 1 jam. Individu yang menunjukkan perilaku yang sangat agresif (menggigit dan menyengat) dikedua ujian tapi tidak respon terhadap ratu larva diklasifikasikan sebagai penjaga. Individu yang menunjukkan Alloparenting pada uji keperawatan tetapi tidak ada respon pada residen-residen pengujian diklasifikasikan sebagai pewawat. Sementara itu, individu yang tidak merespon sama sekali dalam empat percobaan didefinisikan sebagai individu yang tidak responsif.  

Sisa dari individu dalam kelompok diklasifikasikan oleh perilaku mereka yang termasuk menunjukkan respon yang lemah terhadap stimulus sosial,yang hanya merespon satu stimulus rangsangan (lebah penjaga dan perawat),yang menunjukkan tanggapan dari stimulus campuran, atau yang menunjukkan respon yang kuat untuk semua rangsangan sosial. Hanya penjaga,perawat,dan individu yang tidak responsif digunakan untuk analisis lebih lanjut. 

Eksperimen perilaku dilakukan dengan cara berulang dengan lebah dari tujuh koloni yang tidak terkait.  Penelitian ini juga dilakukan dengan cara melakukan uji terhadap kadar gula, Queen Pupal Cell Capping Test ; memasukkan satu larva ratu lebah berusia 4 hari ke setiap hidangan selama 24 jam untuk menguji bagaimana meningkatkan kekuatan stimulus sosial yang berdampak pada lebahyang tidak responsof terhadap tanggapan , MB Gene Expression Analysis, dan juga RNA-Seq,data Processing, and Analysis.

 Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi sosial serangga bisa menjadi sumber yang bermanfaat serta fenotip yang relevan dengan penyakit kejiwaan manusia. Masyarakat tampaknya mentoleransi berbagai perilaku fenotip,termasuk perilaku yang sangat berulang,aktivitas yang luar biasa tinggi,dan kurangnya responsifitas terhadap berbagai rangsangan sosial.

Yuka ishizuka (2016) melakukan sebuah penelitian yang terkait dengan bagimana anak autis berkomunikasi secara verbal. Eksperimen dilakukan di Jepang dengan sampel 6 anak autis berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 33-63 bulan. 

Yasu berusia 4 tahun dan sudah masuk TK. Ia bisa menirukan dan berbicara 2-3 suku kata dalam satu waktu,seperti "mobil merah",dan menjawab pertanyaan singkat seperti "siapa namamu?" atau "berapa umurmu?",namun ia tidak bisa terlibat dalam interaksi timbal balik dan membutuhkan dorongan dari orang dewasa. 

Gin berusia 3 tahun dan sudah masuk TK,dia memiliki kemampuan yang sama seperti Yasu,namun ia tidak bisa terlibat dalam interaksi timbal balik pada saat belajar. Yuta berusia 5 tahun dan sudah mulai masuk SD, ia bisa menirukan satu kata, seperti "mobil",namun frekuensi spontanitas berbicaranya sangatlah rendah. Ia tidak menjawab beberapa pertanyaan dan membutuhkan dorongan secara verbal untuk mengungkapkan ucapan satu kata. Teru berusia 2 tahun dan pergi ke pusat komunitas publik diawal penelitian.ia juga bisa menirukan beberapa kata,namun tidak melakukannya secara spontan. 

Pengejaannya tidak jelas dan biasanya terdiri dari ocehan yang tidak ada artinya. Kai berusia 5 tahun dan mulai masuk TK,saat penelitian ini ia bisa menirukan beberapa kata,frekuensi berbicaranya rendah dan artikulasi pengejaan tidak jelas. Taka berusia 3 tahun dan masuk TK,ia bisa menirukan beberapa kata,namun spontanitas dalam berbicara sangatlah rendah. Ia juga tidak menjawab sama sekali pertanyaan sederhana yang diberikan tanpa adanya dorongan verbal dari orang dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun