Mohon tunggu...
Ayunda Camelia
Ayunda Camelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Communication graduated from University of Singaperbangsa Karawang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengguna Anonim pada Perilaku Cyberbullying di Media Sosial

9 April 2021   13:05 Diperbarui: 9 April 2021   13:22 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto Okezone.com

Ia mendapat direct message (DM) dari salah satu akun anonim dengan identitas yang tidak jelas, yang mengomentari bentuk tubuhnya melalui Instagram story-nya. Seperti yang diunggah Kesha di Instastories-nya, bukti screenshot tersebut berisi “kaaak makin kaya ibu2 anak 1 badanyaaa (ditambahi emoji meringis)”, dan beberapa komentar lainnya yang pernah dilontarkan.

Melihat maraknya peristiwa cyberbullying ini, saya pun mencoba melakukan riset kecil dengan memberi sejumlah pertanyaan kepada orang yang pernah mengaku melakukan cyberbullying. Dalam hal ini, kita sebut saja pelaku 1 dan pelaku 2.

Pelaku 1 merupakan pengguna aktif media sosial. Ia menggunakan akun anonimnya lantaran tidak ingin diketahui teman-temannya dan juga keluarganya. 

Akun anonim tersebut memakai identitas foto orang Jepang dengan nama palsu. Pada masa Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia mengaku pernah melakukan pembullyian di media sosial Facebook kepada teman satu sekolah yang tidak dikenalnya. 

Pelaku mengejek dan berkomentar dengan kata kasar kepada temannya tersebut dikarenakan saat itu temannya berkomentar negatif kepada artis yang diidolakan pelaku, maka dari itu ia mengejek temannya, seperti “Alah dasar lu kayak udah bener aja”, “Anak syaiton”, dan diikuti kata-kata hewan. Pelaku mengaku saat itu dirinya sedang emosi sesaat, dan setelah melakukannya ia menyesal dan malu melakukan hal tersebut.

Berbeda dengan pelaku 2, kali ini platform yang digunakannya adalah Twitter, Instagram, dan TikTok. Dirinya pernah melakukan perundungan di media sosial dengan akun anonimnya dikarenakan tidak ingin memiliki image negatif jika memakai akun personalnya yang sudah memiliki image tersendiri. 

Akun anonim yang digunakannya memakai meme sebagai foto profil dan tidak menambahkan identitas lainnya. Ketika ditanyakan alasan melakukannya, ia memberi tahu bahwa ingin melampiaskan emosi karena sebelumnya orang yang dibullynya melakukan kesalahan juga. Dirinya biasa melontarkan kata negatif kepada orang lain karena kesalahan dari orang tersebut. 

Di twitter biasanya ada orang yang menurutnya suka melakukan diskriminasi terhadap seseorang, karena itu biasanya ia suka melontarkan kata negatif agar orang tersebut jera dan menyadari perbuatannya itu salah. Kata-kata atau ujaran tersebut berupa sarkasme. Saat saya menanyakan apa yang ia rasakan setelah melakukan pembullyian, dirinya mengatakan merasa puas walau ia tahu itu salah.

Aronson, Wilson, dan Akert (2007) menegaskan bahwa individu yang tidak memberikan identitas (anonim) lebih sering mengatakan sesuatu yang tak pernah mereka katakan sebelumnya pada saat identitas mereka diketahui (Mukhoyyaroh, 2020). Hal ini sejalan dengan kasus pada kedua orang yang melakukan perundungan di atas, mereka cenderung menggunakan akun anonim agar identitasnya tidak diketahui karena takut orang lain mengetahui perbuatannya. Dengan akun anonim, mereka bisa berbicara sepuasnya, berbeda dengan jika menggunakan akun personalnya.

Alasan lain orang yang pernah melakukan cyberbullying di atas selaras dengan hasil riset yang dilakukan oleh youth IGF (internet governance forum) dengan hasil bahwa ada empat alasan utama mengapa pengguna media sosial tidak mencantumkan identitas mereka menurut, yakni agar merasa lebih aman, untuk melindungi reputasi, menyenangkan, dan agar terhindar dari masalah (Global Perspective, 2013; dalam Mukhoyyaroh, 2020).

Menggunakan akun anonim sebagai alat berlindung memang terlihat aman. Namun, di balik itu ada sebuah kondisi yang menjelaskan fenomena perilaku tersebut. Saat seseorang menggunakan akun yang seolah bukan dirinya (anonim), maka ia merasa tidak perlu bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun