Mohon tunggu...
Ayu Mega Wahyuni
Ayu Mega Wahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mega

KKN MIT DR 34

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menakar Pembelajaran Virtual di Era Pandemi

24 Februari 2021   01:25 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:49 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Ayu Mega Wahyuni

Virus Covid-19 di Indonesia kian melonjak sejak diberlakukannya adaptasi kebiasaan baru atau sering disebut new normal. Berbagai media berlomba-lomba untuk terus memperbaharui data penyebaran Covid-19 ini melalu publikasi diberbagai media seperti media cetak, media elektronik, media sosial dan media lain tiap harinya agar masyarakat selalu waspada terhadap penyebaran Covid-19 yang sangat cepat. 

Namun, dengan meningkatnya penyebaran Covid-19 ini merefleksikan jika protokol kesehatan yang dijalankan dan diberlakukan masih kurang untuk mengontrol Covid-19. Alhasil sektor- sektor penting belum dapat berjalan secara normal dan kembali seperti sediakala. 

Hampir semua kegiatan harus dilaksanakan secara daring atau online dan virtual. Dampak besar dari Covid-19 sangat terasa pada lajunya kegiatan belajar-mengajar. Kegiatan yang dilakukan secara virtual ini mulai diberlakukan sejak bulan Maret 2020, dimana pertama kalinya virus corona diumumkan masuk wilayah Indonesia hingga saat ini sesuai himbauan dari pemerintah untuk mengurangi penyebaran Covid-19.


Dampak Pembelajaran Virtual
Kegiatan proses pembelajaran pada akhirnya dilakukan secara virtual. Begitulah aturan baru yang dibuat oleh pemerintah. Guru melakukan kegiatan belajar-mengajar melalui daring di rumah masing-masing, begitu pula dengan siswa. Problematika pun mulai mencuat dan naik ke permukaan publik berkat efek yang ditimbulkan dari adanya proses pembelajaran secara daring ini, yang tak kalah mengejutkan, beberala waktu lalu ditemukan siswa yang bunuh diri disebabkan proses pembelajaran daring ini, selain itu banyak keluhan jika siswa mengalami depresi akibat proses pembelajaran daring. 

Banyak spekulasi bahwa proses pembelajaran daring ini membuat siswa kurang memiliki motivasi dalam belajar, tugas yang diberikan terlalu banyak, kurangnya perhatian dari pendidik maupun orang tua, media pembelajaran kurang memadai, dan lain-lain. Hal tersebut dapat memicu siswa mudah mengalami stress diusia dini, melakukan bunuh diri ataupun mengalami depresi. 

Karena banyaknya berita tentang keluhan tersebut, pemerintah juga mengeluarkan himbauan kepada guru atau pendidik untuk mengurangi tugas yang diberikan kepada siswa. Hal tersebut juga menjadi PR tersendiri bagi guru untuk menyiasati bagaimana proses pembelajaran yang baik walaupun dilakukan secara daring namun siswa dapat nyaman dan termotivasi dalam belajar hingga tidak akan terjadi hal-hal yang memicu hal-hal yang tifak diinginkan terjadi. 

Tidak hanya peran guru yang penting disini, peran orang tua juga sangat penting dan dibutuhkan. Guru dan orang tua harus saling bekerja sama agar proses pembelajaran siswa dapat menjadi pembelajaran yang baik dan efektif. 

Akan tetapi tidak semua orangtua membantu, membimbing, atau memotivasi anaknya saat proses pembelajaran dilaksanakan, karena berbagai alasan, seperti bekerja atau kurang memahami teknologi. Kudet atau kurang up to date dan gaptek atau gagap teknologi sebutan bagi orang yang belum paham akan kemutakhiran teknologi yang sedang terjadi dan digunakan, menjadi salah satu kendala yang sering dijumpai dan menjadi keluhan yang umum dari orang tua siswa dan bahkan guru itu sendiri.


Tuntutan Pembelajaran Virtual

Di zaman dengan berkembang pesatnya teknologi sekarang ini, tidak menutup kemungkinan bahwa orang tua wajib untuk update mengenai teknologi. Salah satunya yaitu media sosial, dan beberapa perangkat komputer yang sering digunakan dalam proses pembelajaran daring seperti aplikasi Whatsapp, Microsoft Teams, Moodle, Zoom, dan media teleconference lainnya. 

Guru, orangtua atau siswa yang gaptek dituntut untuk dapat menggunakan aplikasi-aplikasi yang sering digunakan dalam laju proses belajar daring. Hal ini dapat menambah wawasan ilmu dan teknologi bagi guru, orangtua, maupun siswa akan kemajuan teknologi yang semakin canggih dalam era yang kian modern dan digital ini. 

Akibat adanya proses pembelajaran daring yang diberlakukan saat ini membuat beberapa pihak yang mengalami gangguan psikis karena tertekan oleh adanya aplikasi-aplikasi yang belum dikuasai dan secara tidak langsung dituntut agar cepat dan sigap dalam mengoperasikannya. Hal ini tentunya sangat berdampak kepada psikis bagi mereka yang berpatisipasi secara aktif dan langsung dalam proses pembelajaran daring ini.

Selain itu kepemilikan gawai dan kurangnya jaringan internet juga menjadi problematika lain dalam melakukan kegiatan pembelajaran daring ini. Tak bisa disama ratakan antara kota dan desa jadi sudah jelas jika ketidakseimbangan terjadi dalam sektor edukasi ini. 

Untuk menyiasati adanya ketidakseimbangan ini pemerintah akhirnya memberikan bantuan kuota gratis kepada seluruh rakyat Indonesia yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar ini. Mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi yaitu dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga ke bangku perkuliahan dan para pengajar. 

Problem lain muncul setelah adanya bantuan subsidi kuota ini yaitu gawai atau gadget atau smartphone. Tak semua masyarakat memiliki gawai yang mendukung proses pembelajaran dari rumah. Untungnya pemerintah dengan melakukan pertimbangan dan pengkajian yang mendalam dan menyeluruh akhirnya menyetujui proses pembelajaran secara offline atau tatap muka. Namun hanya di daerah yang secara geografis tak mendukung dilakukannya proses pembelajaran daring dan luput dari Covid-19.

Dalam menyikapi dampak adanya Covid-19 di sektor pendidikan ini haruslah sesuai dengan anjuran pemerintah tanpa meninggalkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan yang berlaku. Untuk itu semua pihak harus saling bahu-membahu serta saling support agar dampak Covid-19 di sektor pendidikan ini tidak terasa dan bahkan dapat menjadikan pembelajaran daring ini sebagai opsi lain jika suatu daerah terkena bencana. 

Pendidikan harus tetap berjalan bagaimanapun kondisinya agar para tunas bangsa dapat tumbuh dan mekar pada waktunya. Dengan demikian, kesehatan para siswa harus menjadi yang paling urgensi dan sentral dalam usaha untuk menanggulangi adanya Covid-19 di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun