Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - The Truth Will Set You Free

Write what I feel

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Yang Ada Hanya Hari Ini

28 Maret 2023   14:31 Diperbarui: 28 Maret 2023   14:42 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kubuang lagi jatahku.  Satu hari lagi. Satu hari bagaikan sebongkah batu yang kubuang tiap-tiap hari di pinggir jalan yang ku lewati. Aku merasa punya sekarung besar berisi batu. Lebih dari setengah sudah kubuang di jalan-jalan yang ku lewati itu.

Seperti pagi ini, seperti biasa terbangun aku pukul 5 pagi. Kipas angin dari kejauhan masih kudengar. Kumatikan dan kuganti dengan alunan lagu semangat dari Channel Youtube random saja kupasang.

Kuambil ketel dan kupanaskan satu cangkir untuk memuat kopi pertama hari ini. Kuambil satu sachet kopi instan, kutuang dan kuseduh bersama air mendidih. Sedap betul kurasa. Hal lain yang kulakukan adalah duduk dan membaca kitab Injil merenungi satu kisah seraya berdoa Tuhan memberiku kekuatan menjalani satu hari lagi.

Selang tigapuluh menit anak-anak ku terbangun, lucu kaupandang wajah-wajah mereka, anak bungsuku mendekat dan kucium pipinya. Ia tersenyum menyeruput sedikit kopiku lalu kembali ke kamarnya tak berapa lama terdengar suara gaduh dia sudah bertengkar dengan abang kembarnya. Begitulah pagiku. Hari yang kubuang bersama dengan munculnya fajar hari kedua minggu ini.

Kusiapkan beberapa perlengkapan kerjaku hari ini, laptop, agenda, handphone dan alat tulis. Sesuatu yang sudah kukerjakan belasan tahun. Sarapan sudah tersedia hari ini aku makan ikan goreng dan sambal. Istriku menyiapkan juga bekal makan siang, menu yang sama.

Aku berpamitan pada istri dan anak-anak lalu berangkat melalui jalan yang sama. Kuhela udara segar pagi ini. Kubuang kembali sebongkah batu bersama dengan berbagai kenangan sepanjang jalan-jalan biasa aku lewati.

Sawah-sawah  tempatku dulu bermain berubah jadi  komplek perumahan, lapangan tempatku biasa main layangan sekarang jadi tempat parkir truk-truk tanah. Sesak. Warna-warni memori melesat cepat dalam otakku. Ada manis, pahit dan getir.

Bekerja melelahkan badan, membuang-buang waktu dan tenaga, entah dari mana aku datang dan kemana aku akan pergi nampaknya menjadi misteri manusia. Tidak ada yang lebih berbahagia bagiku selain saat ini. Menikmati kenangan-kenangan indah dalam perjalanan sambil sadar kalau ini semua akan berlalu. Batu yang kulempar hari ini nampaknya lebih berat dari biasanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun