Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - The Truth Will Set You Free

Write what I feel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Terlupakan dari Nabi Yunus

2 Desember 2021   23:29 Diperbarui: 2 Desember 2021   23:51 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nabi Yunus bin Amitai berasal dari satu kota bernama Gat-hefer atau sekarang lebih dikenal dengan nama Galilea di Israel. Yunus hidup pada masa sekitar pemerintahan raja Yerobeam bin Yoas yang hidup sekitar tahun 793-753 S.M. Pada zaman Yerobeam, Kerajaan Israel mengalami suatu keadaan kemunduran secara politik, ekonomi dan budaya yang didahului kemunduran secara spiritual.

Yerobeam bin Yoas melakukan dosa besar yaitu dengan menyembah berhala yang TUHAN telah berulang-ulang menegaskan dalam firman-Nya. Dosa ini mengakibatkan seluruh israel mengikuti jejaknya sehingga menimbulkan amarah dan murka Tuhan yang hebat.

Dalam keadaan serba kacau tersebut, firman TUHAN yang datang kepada salah satu nabi yang hidup dimasa itu justru bukan ditujukan untuk menegur raja Yerobeam atau rakyatnya, tetapi Yunus kemudian diutus kepada bangsa kafir yang adalah musuh Israel pada saat itu yaitu Niniwe ibu kota imperium Asyiria yang sekarang  dikenal dengan nama Irak.

Respon Nabi Yunus setelah mendengar perintah untuk menyerukan pertobatan di kota metropolis itu adalah melarikan diri sejauh-jauhnya dari TUHAN. Yunus marah dan menegarkan hatinya. Ia pergi ke Yafo (Tel-Aviv) sebuah kota pelabuhan untuk menumpang kapal yang akan membawanya ke Taris jauh dari hadapan TUHAN.

Kisah Nabi Yunus dalam alkitab perjanjian lama mengambil dua seting utama yaitu lautan dan daratan. Di lautan, Yunus mengalami satu kejadian yang dahsyat yaitu bagaimana kapal tersebut diombang-ambingkan angin ribut yang menimbulkan badai besar. 

Badai yang hampir menenggelamkan seluruh awak tersebut rupanya membuat seluruh penumpang berdoa masing-masing kepada allah-nya. Nahkoda yang kebingungan mulai menyelidiki satu persatu penumpang untuk memastikan semuanya berdoa kepada allah-nya masing-masing agar badai besar dapat segera berlalu.

Tetapi seperti menjadi kebiasaan masa itu ketika dalam keadaan genting untuk menentukan sesuatu, mereka membuang undi dalam menentukan siapa yang "membawa sial" dalam pelayaran tersebut. Yunus terkena undi dan mereka bertanya dosa apa yang telah ia perbuat.

Yunus yang sudah dikelilingi nahkoda serta para awak kapal berkata karena ia lari dari hadapan TUHAN maka semua ini telah terjadi, dan ia meminta agar ia dibuang ke dasar lautan maka badai pasti akan berhenti dan mereka semua selamat. Pada akhirnya mereka melemparkan Yunus ke dalam laut dan laut berhenti mengamuk.

Yunus adalah satu dari sedikit nabi yang pernah dikutip Yesus langsung dalam pengajarannya. Yesus pernah menyatakan seperti Yunus tinggal dalam perut ikan selama tiga hari demikian Ia akan tinggal dalam perut bumi atau kuburan selama tiga hari.

Yunus atas penentuan TUHAN ditelan ikan besar dan tinggal dalam perutnya selama tiga hari tiga malam lamanya. Ia kesepian, jiwanya letih dan lesu serta merasa tanpa harapan. Dalam keadaan seperti itu Yunus berdoa dan berpasrah atas apa yang TUHAN tentukan dalam hidupnya. Ia menaikan ucapan syukur dan bernazar kepada Allah.

Kalau Yunus melambangkan seseorang yang berdosa di hadapan TUHAN sehingga kemudian ia mengorbankan dirinya sendiri agar angin ribut dan badai yang melambangkan murka TUHAN atas semua orang serta seluruh penumpang tidak binasa, maka Yesus Kristus menggambarkan pribadi yang tidak berdosa yang mengorbankan dirinya sendiri agar orang yang berdosa dapat diselamatkan dari murka TUHAN atas dosa manusia.

Setelah Yunus berdoa dari dalam perut ikan, maka atas penentuan TUHAN, ikan tersebut memindahkannya ke darat.

Tuhan kembali mengutusnya agar menyampaikan firman kepada penduduk kota tersebut supaya bertobat. Yunus masuk kedalam kota serta menyerukan bahwa kota Niniwe akan di tunggang balikan Allah dalam waktu empat puluh hari.

Berita yang singkat dan jelas tersebut ternyata direspon oleh raja dan seluruh rakyat. Raja menyerukan puasa dan hari berkabung atas berita yang telah mereka dengar dari Yunus. Bagi TUHAN sangat mudah untuk memutar hati dan perasaan manusia.

Ketika Allah melihat bagaimana mereka berkabung, berpuasa dan bertobat baik raja, bangsawan maupun seluruh rakyat, maka Allah menyesal dan tidak jadi menghukum kota Niniwe itu.

Tetapi, Nabi Yunus begitu marah dan kecewa. Yunus merasa seluruh pengorbanannya sia-sia. Dalam hatinya ia berharap Allah menghancurkan kota itu. Allah membalaskan dendam rakyat Israel yang telah menjadi korban kekejaman mereka.

Allah mengajarkan Yunus melalui suatu peristiwa aneh. Setelah peristiwa itu, Sang Nabi yang kecewa dengan keputusan TUHAN menyingkir ke sebelah timur dan kemudian mendirikan sebuah pondok untuk berteduh dari teriknya panas.

Kemudian atas penentuan TUHAN, tumbuhlah sebatang pohon jarak yang tingginya melampaui kepala Yunus untuk menaunginya dari matahari. Yunus begitu senang dengan kehadiran pohon itu karena ia merasa lebih sejuk dibawah naungannya.

Tetapi alangkah terkejut dan marahnya ia ketika ia melihat keesokan harinya pohon itu sudah mati  karena seekor ulat menggerek pohon tersebut sampai layu.

TUHAN kemudian berfirman dan memberi pesan, bagaimana Yunus sayang terhadap sebatang pohon yang ia sendiri tidak menanam, tidak menyiram dan tidak mengusahakan nya. Lalu bagaimana mungkin TUHAN tidak sayang kepada ribuan manusia yang hidup di kota yang begitu berdosa. Jangankan seribu, Allah mengasihi bahkan satu persatu dari mereka karena Ia yang menciptakan mereka semua. Mereka anak-anak-Nya.

TUHAN memberi pelajaran berharga kepada Yunus, bagaimana Allah yang maha kasih sebelum mengutus dan memberi tanggung jawab kepada nabi-nabinya pertama-tama harus dibentuk Allah untuk memiliki kasih Allah.

Yang menjadi bahan renungan, sudahkah kita mengasihi sesama kita seperti Allah mengasihi mereka? Atau justru kita begitu membenci saudara kita begitu menginginkan kehancurannya, menganggapnya musuh karena berbeda agama atau pandangan dengan kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun