Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Less Drama", Kurangi Nyinyir di Media Sosial

21 Juli 2018   10:47 Diperbarui: 21 Juli 2018   11:39 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Ayo siapa yang suka kebanyakan drama? Melebih lebihkan sesuatu  yang harusnya bisa dibuat simple. Dewasa ini banyak sekali loh terjadi drama drama yang bermunculan yang notabene sang tokoh dibaliknya pasti punya tujuan tertentu, kita lihat saja beberapa contoh misalnya:  drama dunia politik yang berujung "Peluk Tiang Listrik", drama ekonomi masalah utang negara yang berujung berita indonesia akan bubar, atau drama yang paling heboh belakangan misalnya drama "sang atlet" yang jelas jelas berprestasi mengharum kan nama bangsa pun di buat jadi panjang memenuhi berita sosial media.

Mulai dari masalah bendera saat Zohri melakukan selebrasi nya dikejuaran dunia lari 100 meter di Finlandia sampai masalah pendanaan Zohri saat berlaga yang disebut sebut tanpa campur tangan pemerintah,  atau yang tak kalah heboh kejadian saat 3 orang Juri mengomentari pakaian sang kontestan saat tampil di audisi ajang pencarian bakat yang kesan nya "tidak manusiawi" dan yang akhirnya ya sama saja, pem"bully" an rame rame netizen terhadap sang juri. Sekedar gimmick atau drama dibuat oleh seseorang yang sengaja ingin ceritanya menjadi berita utama, rating naik,pengalihan issue,yang tentu dapat menggiring opini publik.

Secara nyata, sebuah drama dibuat tentu melibatkan sutradara, penulis skenario dan pemain . Yang terjadi kebanyakan ,penulis skenarionya hebat sekali membuat cerita sedemikian rupa, tidak segan memberikan "bumbu" kepada cerita yang akan disebarkan ke orang lain. 

Harapannya supaya cerita yang dibuat dari cerita 'biasa' yang hanya mampir di telinga jadi cerita yang "Lebay" disebarkan ke semua orang hingga memutar balikkan fakta supaya cerita tadi terdengar lebih bombastis, laris dan viral. Dan akibatnya jadi berita "Hoaks" yang termakan begitu saja oleh masyarakat yang rata rata mungkin tidak melakukan cek dan ricek terlebih dahulu faktanya seperti apa.

Mendramatisir keadaan. Disadari atau tidak, terkadang kita terlalu membesar-besarkan masalah yang yang sebenarnya tidak ada (Hiperbola). Segalanya terlihat seperti buruk dari yang seharusnya. Sosial media adalah media yang paling empuk untuk mempromosikan drama yang hiperbola tadi. Sikap "nyinyir" menjadi hal menyenangkan dan menjadi pola. Mungkin ada rasa kepuasan tersendiri jika melakukannya bagi beberapa orang. Tapi sikap nyinyir tak lagi menyenangkan jika sudah berlebihan. 

Apa yang harus kita dilakukan?

1. Hentikan Drama dengan Kontrol diri. Satu-satunya jalan untuk mengubah kebiasaan percaya akan cerita drama yang hoaks adalah dari dalam diri kita sendiri untuk memiliki tombol berhenti.

2. Kekuatan menyederhanakan masalah adalah salah satu hal yang penting, kita harus menyadari bahwa tidak baik jika meneruskan cerita yang tidak benar. Jangan dibuat ribet.

3. Mencoba berpikir positif dan belajar untuk tidak membesarkan masalah ,jangan melebih- lebihkan masalah hanya karena haus akan perhatian banyak orang.

4. Kendalikan diri saat mengucapkan sesuatu dalam membuat statement apapun di sosial media, berpikir sebelum bertindak (Ingat ada UU ITE juga loh) .

5. Perluas pikiran dengan informasi dan data yang akurat (Speak with data), misal dari situs web institusi yang resmi ,pihak pihak berkepentingan yang memiliki otoritas . Membaca buku juga bisa menjadi penolong untuk dapat menstimulasi mental, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dengan membaca buku dapat merangsang mental , minimal kita tidak larut terbawa ke dalam alur cerita drama yang dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun