Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tamasya ke Raja Ampat, Jangan Lupa Berbagi di Kampung Selpele

9 Desember 2018   22:40 Diperbarui: 12 September 2019   17:37 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Bersama Anak-Anak Selpele yang Penuh Semangat. Sumber: Dok. Pribadi

Tamasya keliling Indonesia tak kalah menarik dengan melancong ke luar negeri. Selain menambah pengetahuan mengenai ragam budaya nusantara, aktivitas ini membuat kita semakin mencintai Indonesia.

Bagi saya pribadi, bepergian tidak hanya untuk menyenangkan diri dan melepas penat dari rutinitas pekerjaan. Namun, bepergian juga merupakan waktu untuk berbagi. Di bulan November 2018, saya beruntung bisa berkesempatan menjelajah Raja Ampat, Papua Barat bersama rekan-rekan.

Raja Ampat termasuk salah satu dari sepuluh destinasi wisata bahari terbaik di dunia (menurut divein.com) dengan pemandangan maritim spektakuler. Bangga sekali menjadi orang Indonesia yang punya destinasi wisata secantik ini!

Untuk mencapai wilayah Raja Ampat, saya menempuh penerbangan dari Jakarta ke Sorong, Papua Barat sekitar 6-7 jam dengan satu kali transit di Makasar, Sulawesi Selatan. Tip bila hendak ke sini, ambilah penerbangan malam agar mendarat esok pagi di Sorong dan bisa langsung menjelajah.

Penulis di Pelabuhan Perikanan, Sorong-Papua Barat. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis di Pelabuhan Perikanan, Sorong-Papua Barat. Sumber: Dok. Pribadi
Sampai di Sorong saya lanjut menempuh perjalanan laut, bertolak dari pelabuhan perikanan menuju penginapan di Pulau Urai sekitar 2-3 jam naik speed boat. Pulau Urai terletak strategis di antara destinasi kepulauan Raja Ampat. Saya menginap di Doberai Private Island sebuah resort di pulau hutan lindung seluas 70 hektar.    

Sekilas tentang tempat menginap, Doberai berarti semenanjung menurut bahasa setempat. Berkonsep full in privacy, keindahan Raja Ampat dinikmati dalam nuansa hening dan bersahabat dengan alam. Ada dua pilihan penginapan, yaitu Eco Resort menghadap pantai tanpa AC dan Deluxe Resort yang ber-AC.

Doberai Private Island Eco Resort, Pulau Urai - Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Doberai Private Island Eco Resort, Pulau Urai - Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Tempat ini turut menyediakan armada speed boat bagi pengunjung. Bila suka menyelam (diving), Doberai memiliki dive center dilengkapi empat kompresor Bauer dan 12 set perlengkapan menyelam yang dapat disewa. Tersedia pula kano untuk olahraga air di sekitar pulau.

Peta Titik Menyelam Di Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Peta Titik Menyelam Di Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Siang hari saat tiba di pulau Urai, saya langsung bersantai dan menikmati pemandangan laut di area penginapan yang memesona. Air lautnya jernih biru kehijauan hingga dapat melihat ikan, bintang laut, dan karang dari dermaga. Bermain kano di laut sangat disarankan selain berenang dan menyelam. Luar biasa sensasinya, tak terlupakan!

Penulis Menikmati Pantai Dari Demaga. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Menikmati Pantai Dari Demaga. Sumber: Dok. Pribadi
Pesisir Pantai Pulau Urai yang Indah. Sumber: Dok. Pribadi
Pesisir Pantai Pulau Urai yang Indah. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Bermain Kano di Laut Doberai Private Island. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Bermain Kano di Laut Doberai Private Island. Sumber: Dok. Pribadi
Menjelang sore, saya berlayar ke Teluk Kabui yang terletak di antara Pulau Waigeo dan Pulau Gam yang jaraknya tak sampai satu jam dari resort. Pemandangan di Teluk Kabui berupa tebing-tebing karst menjulang dengan hamparan laut biru kehijauan bening seperti di film Avatar. Sangat indah meski langit sedang sedikit kelabu kala itu.

Penduduk setempat turut menyebut tebing sebagai batu. Ada dua batu ikonik di Teluk Kabui. Batu Wajah yang bentuknya menyerupai siluet wajah manusia dengan tumbuhan di puncak tebing seperti rambut dan lekukan sisi batuan menyerupai hidung. Batu Pensil karena tinggi menjulang berujung runcing seperti pensil. Anda dapat singgah berfoto di Batu Pensil sebab dilengkapi dermaga.

Bertamasya di kepulauan Raja Ampat harus memakai speed boat sebab minim jalan darat. Mohon bijak mengatur waktu. Kemanapun Anda menjelajah, kembalilah ke penginapan sebelum matahari terbenam. Bila langit gelap maka nahkoda kapal akan sulit menemukan jalan pulang di antara tebing-tebing karst sebab belum ada fasilitas penerangan di area perairan.

Batu Pensil di Teluk Kabui. Sumber: Dok. Pribadi
Batu Pensil di Teluk Kabui. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis dan Batu Wajah (kiri belakang) di Teluk Kabui. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis dan Batu Wajah (kiri belakang) di Teluk Kabui. Sumber: Dok. Pribadi
Hari berikutnya, saya melancong ke Pulau Wayag. Jaraknya 4 jam naik speed boat dari penginapan. Banyak kegiatan bisa dilakukan di sini, seperti: mendaki bukit batu, snorkeling, bermain dan memberi makan ikan hiu di pantai, dan mengunjungi kampung nelayan Selpele.

Pada artikel ini saya akan menceritakan kunjungan ke Kampung Selpele yang sangat berkesan.

Penulis Dalam Perjalanan Ke Pulau Wayag. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Dalam Perjalanan Ke Pulau Wayag. Sumber: Dok. Pribadi
Selpele adalah kampung nelayan di sebelah barat Pulau Waigeo, laut Halmahera. Desa kecil ini hanya 200 meter panjangnya membingkai pantai. Penduduknya berasal dari golongan suku Kawe dengan mata pencaharian nelayan dan buruh peternakan mutiara. Sebagian dari warga juga berternak lobster.

Kondisi desa sangat sederhana dan menurut saya butuh uluran tangan banyak pihak. Letaknya yang jauh dari kota membuat ketersediaan bahan infrastruktur dasar, alat trasportasi, dan dukungan pendidikan masih minim untuk warga serta anak-anak.

Signal telekomunikasi pun nyaris tidak ada. Namun demikian, pemandangan langit biru dengan semburat awan putih dan air laut yang jernih membuat tempat ini tetap indah.

Rumah Nelayan Kampung Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Rumah Nelayan Kampung Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Dari Jakarta saya dan rekan-rekan berencana berbagi kasih dengan warga di kampung ini. Mengetahui banyak anak SD yang membutuhkan material edukasi, saya tertarik membantu dengan membagikan buku pelajaran, buku bahasa Inggris, dan beragam alat tulis yang dibawa dari ibu kota. Yang jelas, di pulau ini tidak ada toko buku. Semoga bermanfaat mencerdaskan saudara-saudari kecilku.

Bahagianya Berbagi Bersama Anak-Anak di Kampung Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Bahagianya Berbagi Bersama Anak-Anak di Kampung Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Kebahagiaan berbagi selalu dinantikan oleh anak-anak dan warga yang sangat membutuhkan di tempat ini. Sebagai tanda terima kasih dengan spontan anak-anak menyanyikan lagu "Kasih Ibu" untuk kami. Luar biasa!

Anak-anak Selpele juga terampil membuat kerajinan perhiasan seperti gelang dan kalung berbahan kerang. Berbagai keterbatasan infrastruktur di kampung ini ternyata tidak membuat semangat berkreasi mereka surut. Luar biasa optimisnya sehingga tawa ceriapun selalu menghias wajah anak-anak.

Penulis Bersama Anak-Anak Selpele dan Hasil Kerajinan Tangan. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Bersama Anak-Anak Selpele dan Hasil Kerajinan Tangan. Sumber: Dok. Pribadi
Gelang dan Kalung Hasil Kerajinan Tangan Anak-Anak Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Gelang dan Kalung Hasil Kerajinan Tangan Anak-Anak Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Oiya, jangan lupa membeli lobster dari nelayan Selpele. Tersedia beragam ukuran lobster yang dapat dipilih sesuai selera. Penduduk menjualnya sekitar Rp 350.000,00/Kg. Selain membantu memberi penghasilan pada warga, lobster yang dijual sangat segar sehingga saat dimasak rasa dagingnya legit dan nikmat. Dijamin tidak menyesal mencobanya!

Rekan Traveler dengan Lobster yang Dibeli Dari Nelayan Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Rekan Traveler dengan Lobster yang Dibeli Dari Nelayan Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Akhirnya, sampailah pada waktunya pulang. Jarak tempuh yang jauh dari kampung ini ke penginapan membuat saya dan rekan-rekan harus kembali saat siang. Penduduk dan anak-anak mengantar kami hingga ke dermaga berikut lobster-lobster yang dibeli.

Semoga kampung Selpele semakin mendapat perhatian sehingga memiliki taraf hidup lebih maju. Indonesia terdiri dari 17.504 pulau dan masih banyak warga di pulau-pulau terpencil yang membutuhkan uluran tangan. Mudah-mudahan Selpele bisa menjadi salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) selanjutnya, selain KBA Papua Barat yang telah ada.

Semangat warga kampung bisa menjadi contoh bagi warga kota. Mereka yang hidup terbatas dan tertinggal bisa tetap optimis serta penuh harapan dalam menjalani hari. Apalagi Anda warga kota, hendaknya bisa lebih bersyukur dan kerja produktif dengan berbagai fasilitas memadai.

Matahari Senja Dengan Sinar Kemerahan Dalam Perjalanan Pulang. Sumber: Dok. Pribadi
Matahari Senja Dengan Sinar Kemerahan Dalam Perjalanan Pulang. Sumber: Dok. Pribadi
Dalam perjalanan pulang, senang sekali saya mendapat kejutan. Pemandangan matahari terbenam di wilayah Indonesia timur sungguh memesona. Semburat sinar merahnya terlihat dibalik daratan perbukitan dan awan beralas laut berkilau seperti berlian. 

Benar-benar 'bonus' tak terlupakan dari Sang Pencipta alam semesta yang menghantarkan kami kembali ke penginapan.

I shall return. I hope I can see you again!

Catatan:

Baca juga artikel lanjutan petualangan penulis: Terpikat Pesona Piaynemo dan Laut Raja Ampat

Suka dengan artikel ini? Silahkan bagikan ke teman yang senang bepergian.
Ikuti Instagram penulis di: @ayuliqui

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun