Seringkah Anda mendengar cerita tentang suami yang tidak mencintai pasangannya secara selayaknya? Nah, bisa jadi suami ini sedang terjebak ego kuat yang dimilikinya, dan prosesnya dimulai sejak masa kanak-kanak.Â
Apa itu ego kuat?
Dikutip dari sciencedirect.com, ego kuat mengacu pada karakteristik kepribadian yang memungkinkan seseorang menghadapi kesulitan, mengelola sumber stres eksternal dan tekanan internal, lalu bangkit kembali dari kemunduran.Â
Dalam psikologi, ego bersifat netral dan keberadaannya sangat dibutuhkan untuk menjembatani dorongan insting dan norma sosial.
Contoh:
Saat seseorang dikritik oleh orang lain, secara insting akan membalas dengan kata-kata kasar. Namun norma sosial menuntut  seseorang menjaga sikap dan tidak bersikap agresif. Maka di sinilah ego berperan menjembatani, yaitu dengan mengelola emosi, bersikap lebih tenang, dan mengambil pelajaran.
Ego positif dan ego negatifÂ
Konteks ego tidak selalu negatif, tergantung bagaimana seseorang mengelolanya.Â
Jika Anda melihat rasa bangga yang berlebihan bahkan menjadi kesombongan pada diri seseorang sehingga sulit menerima kritikan, maka yang bersangkutan telah menggunakan ego secara salah.Â
Sebaliknya, ego juga bisa sangat positif dan menjadi aset yang sangat besar jika dikelola secara sehat.
Contoh:
Atlet olahraga seperti Shaquille O'Neal, Muhammad Ali, dan Justin Gatlin, merupakan juara dunia dalam cabang olahraga masing-masing. Mereka mengakui klaim "Saya yang terhebat" dan perasaan dominasi tinggi sangat membantu pencapaian mereka.Â
Artinya, orang dengan ego kuat memiliki rasa percaya diri dan kecerdasan emosional yang ekstrem. Mereka mampu mengelola emosi dengan sangat baik sehingga dapat menemukan solusi untuk masalah hidupnya.