Dia cepat mengambilnya dan memasukkan ke keranjang sampah dekat sofa. Saat itulah mata suaminya berubah sinis dan kalimat-kalimat menghakimi keluar begitu saja.
*
"Apa yang salah dari diriku. Apa aku tak boleh melakukannya?" Luna bergumam sendirian sambil matanya terus memandang apartemen di depannya.
Tangannya akhirnya membuka pintu kaca dan membiarkan cahaya pagi masuk ke kamarnya. Setengah jam lagi dia akan mandi dan berangkat kerja. Tapi dia ingin sedikit berjemur dulu.
Rasanya aneh sekali. Udara dari balkon tidak seperti yang diharapkannya. Sedikit terasa dingin dan ganjil.
Luna mengambil kain selimut di tempat tidur, dan membungkus dirinya sambil kembali berdiri di tempatnya. Jangan-jangan dia mulai sakit, pikirnya.
Dia berdiri sambil berusaha mengawasi jalan masuk. Dia benar-benar menunggu mobil suaminya membunyikan klakson pada penjaga.
Seingatnya, suaminya akan pulang hari Sabtu sebelum sore. Itu artinya dia harus menunggu selama seminggu sebelum mereka bisa bertemu lagi.Â
Tiba-tiba handphone di tempat tidurnya berdering. Luna terloncat karena mengira itu dari suaminya. Ternyata dari nomor tidak dikenal.
"Halo?"
"Selamat pagi, dengan Ibu Luna?