Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hilangnya Sebuah Tempat Bernama Kota Kayu

20 Juli 2022   10:54 Diperbarui: 20 Juli 2022   12:41 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hilangnya Sebuah Tempat Bernama Kota Kayu| foto: normli.ca

Hampir satu juta orang menanyakan, dimanakah letak Kota Kayu berada? Apakah itu sebuah kota dengan arsitektur bangunan terbuat dari bahan kayu seperti di Kanada sana? Ataukah sebutan untuk negeri para rayap yang suka berpesta pora di antara tumpukan kayu bekas?

Baiklah, sepertinya ini hari yang tepat untuk memberi penjelasan. 

Jadi, Kota Kayu bukanlah negeri seperti yang mereka pikirkan. Kota Kayu adalah daerah kaya dengan 1.230 hektar hutan penghasil kayu Bengkirai dan 20 hektar hutan penghasil kayu Meranti.

Pada masa itu, berbondong-bondonglah orang dari berbagai penjuru mendatangi Kota Kayu. Mereka menawarkan tenaganya untuk bekerja di hutan produksi maupun pabrik-pabrik pengolahan kayu. 

Begitulah, kemasyhuran Kota Kayu yang dikabarkan oleh burung-burung dan sampai ke telinga sebagian orang. 

Terhitung jutaan dolar income yang telah dihasilkan hutan tropis yang mengelilingi Kota Kayu. Sebut saja Belgia, Jerman, Jepang, China, Belanda, dan Inggris, semua terpesona eksotisme kayu lokal berkualitas.

Kaum borjuis pun terlihat dimana-mana. Kekayaan melimpahi mereka dalam sekejab mata.

Tetapi pada masa itu tak semua orang benar-benar mendengar atau mengetahui tentang Kota Kayu. 

Koran daerah yang terbit setiap hari, menyampaikan banyak berita namun tak sehebat informasi seperti saat ini. Belakangan orang-orang itu justru bertanya, dimana letak Kota Kayu berada?

Terkadang di antara mereka ada yang sudah menjejakkan kakinya, tanpa tahu itulah Kota Kayu yang termashur dan kaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun