Aku menghembuskan nafas, seolah ingin melepas beban besar yang menjepit.
Kuraih ponselku dari kasur. Ternyata ada beberapa pesan masuk. Kupilih nama yang paling membuat penasaran.
Kak Andi, ya. Sudah lama dan tumben menghubungiku lewat pesan. Biasanya kan telepon langsung atau video call. Ada kabar apa kira-kira?
Na, semalam kakak datang ke kosan. Tapi sepertinya kamu sudah tidur. Kalau ada yang nanyain kakak, bilang aja kita sudah lama ngga ketemu, ya? Jaga dirimu baik-baik...
Apa? Jadi yang semalam menyelinap ke halaman itu, Kak Andi? Tapi mau apa?
Alisku berkerut. Tiba-tiba lambungku terasa perih. Keringat dingin mulai merembes dimana-mana.
Kuraih botol air putih dan minum beberapa teguk. Tenang. Aku harus tenang.
Kalau aku tidak salah ingat, polisi yang menanyaiku tadi bilang, ada seseorang terlihat memasuki halaman kos putri sekitar jam dua malam. Dan polisi menemukan tiga puntung rokok.
Sebenarnya, di asbak di atas meja juga ada benda yang sama. Tetapi tidak mungkin pelaku duduk di sana karena lampu teras amat terang untuk membuka identitasnya. Sepertinya pelaku datang secara diam-diam.
Ah, ini mengerikan. Kalau memang benar Kak Andi yang sudah membegal motor dan membunuh korbannya, apa yang harus kulakukan?
Dengan gugup kuhapus chat dari Kak Andi, lalu membenamkan wajahku ke bantal.