Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Jalan Omar, Aku Pasti Mencarimu

23 Juli 2021   09:03 Diperbarui: 23 Juli 2021   13:49 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menutup diri, meski bukan di dalam kamarku. Karena aku bukan tipe gadis yang uring-uringan di atas kasur empuk, sambil tangannya memegang ponsel.

Aku memagut sepi, cukup di teras kost putri yang dulu sering kau singgahi. Kali ini tanpa secangkir kopi putih dan sepotong roti sobek rasa moka. Iya, aku sedang bokek, dan juga sedang galau.

PPKM yang belakangan jadi ketetapan pemerintah, berhasil menenggelamkan dirimu, dan mengancam kandasnya hubungan kita. Sebab kuota juga tinggal di ujung limit. Bagaimana cara kita menikmati hubungan ini tanpa tatap muka? 

Engkau pun tahu aku orang yang tak cukup sabar, sebenarnya. Tetapi terhadap pandemi yang sudah berlangsung cukup lama, jelas aku sudah sangat sabar.

Bahkan ketika hadiah untukku tak dapat terkirim via ekspedisi, aku diam saja menerima.

Syukur-syukur setelah tempat kerjaku gulung tikar, aku masih bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain. Walau ya, di tempat yang baru tidak ada lagi aroma roti seperti sebelumnya.

Itulah mengapa aku sekarang memilih menutup diri. Aku tak ingin pergi kemana pun, tak ingin bercerita pada siapa pun dan juga tak ingin menuliskannya dalam diary. Bukankah katamu itu cengeng?

Mungkin kau benar, aku memang cengeng. Untuk itulah aku sekarang diam seperti orang melakukan yoga. Aku berusaha menenangkan diri. Berusaha memusatkan pikiran dengan satu kata: tenang.

Ujung kakiku merasakan udara sore yang mulai dingin. Cuaca juga mulai redup, seiring senja mulai datang.

Aku mengamati lalu-lalang kendaraan semakin dikejar waktu. Saat azan magrib, sebaiknya sudah sampai tujuan. Tidak lagi di jalan. Maka ramai-ramai lah mereka berpacu.

Di antara kesibukan orang-orang yang bergerak pulang, aku melihat sebuah ambulans mengambil perhatian. Entah ini yang ke berapa kali, hari ini saja. Mendadak kendaraan itu menjadi populer sekarang. Kematian beruntun terjadi dimana-mana akibat wabah yang menyerang tanpa ampun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun