Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Metamorfosa Resep dari Kawan Lama

23 Juni 2021   06:53 Diperbarui: 23 Juni 2021   11:29 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulanya, kata sejarawan Jakarta JJ Rizal, jengkol dianggap sebagai makanan rakyat pinggiran, orang miskin dan dianggap sebagai makanan "sampah". Sebab mengkonsumsi jenis polong-polongan ini, dapat menimbulkan bau pada pernafasan serta sisa pencernaan termasuk urine.

Orang yang memakannya, biasanya menjadi bahan ledekan dan cemoohan. Itulah mengapa sampai dikatakan demikian.

Sampai pada suatu ketika, harga jengkol jauh melonjak. Dari dua puluh lima ribu rupiah per kilogram, naik menjadi lima puluh ribu rupiah per kilogram, melebihi harga daging ayam serta bahan sembako lainnya. Selengkapnya dapat dibaca di Asal-usul Jengkol Jadi Makanan Rakyat

Padahal jengkol ciptaan Allah swt juga bermanfaat untuk manusia, antara lain sebagai lauk-pauk, sumber karbohidrat, obat sakit diare, serta bahan pembuat shampo.

Di kampung saya, Samarinda, oleh suku Banjar jengkol yang disebut jaring, diolah dengan cara direbus sampai lembut. Dibuatkan tahi lala yang berasal dari santan kental yang dimasak lama dengan tambahan sedikit garam. 

Cara menikmatinya, beberapa keping jengkol ditata di piring, lalu disiram saus santan (tahi lala) diberi sedikit lada halus. Semasa kecil saya menikmatinya dengan membeli per pincuk (porsi bungkus daun). Namun sungguh beruntung baru-baru ini mendapat porsi sepiring dari teman di WAG. 

Setelah dua tahun, barulah bertemu si jengkol lagi (foto: dokpri)
Setelah dua tahun, barulah bertemu si jengkol lagi (foto: dokpri)

Namun di Padang lain lagi.

"Ini enak, Mbak. Mbak Ika pasti suka masakan Amel. Pasti ketagihan..." kata Amel lagi, waktu itu.

Begitulah, perantau macam Amel, bukan saja cerdas, tapi juga ramah dan baik. 

Dan sebagai partner pengelola warung Padang asli Pariaman yang berada di Samarinda, cita rasa masakan Amel dan Bang Adel, tidak diragukan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun