Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadhan Pertama Tanpa Ibu

19 April 2021   23:28 Diperbarui: 20 April 2021   00:13 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain meriam bambu (foto: cdn-2.tstatic.net)

Ibu kami, pada jam 06.30 saat itu, sudah harus meninggalkan rumah menuju pabrik. Pekerjaannya dimulai jam tujuh pagi sampai sebelas malam. Ibu meninggalkan sejumlah uang untuk saya dan adik, guna membeli takjil sederhana yang dijual beberapa tetangga.

Biasanya kami memilih es cendol dan mihun. Esoknya, masih seperti itu lagi. Paling-paling menu bergeser pada kolak pisang dan gorengan. Terus begitu selama sebulan.

Di rumah, saat beduk magrib berbunyi, saya dan adik berbuka puasa berdua-dua pula, dalam suasana sepi tanpa kehadiran orang tua ataupun suara saling canda. Acara tv sangat terbatas waktu itu. Kami tak dapat menonton siaran selain TVRI karena tak mempunyai antena parabola. 

Begitulah. Berbeda pada zaman anak-anak saya sekarang. Selain didampingi Abah dan ibunya, kami pun ramai bercanda-canda karena semua berbakat saling hibur. Mau menonton tv pun, siaran pilihan ada sepuluh, bisa ditangkap oleh antena duduk. Mau bermain game pada ponsel, mereka punya dua dan hanya perlu bergantian. Yang penting sudah mengerjakan ibadah sholat magrib dan mengaji.

Hal-hal inilah yang saya syukuri, dan tekankan kepada ketiga anak saya. Hidup ini hanya perlu dijalani dengan rasa syukur. Selebihnya, berdoalah tentang apapun yang mereka inginkan. 

Saya sering berkata pada mereka, Allah itu suka kepada orang yang berdoa, dan tidak suka keoada orang yang tidak membutuhkan Allah sehingga tidak meminta apapun.

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS Mukmin ayat 60)

Ramadhan tanpa ibu

Selama dua puluh tahun, ibu bekerja dan menjadi pejuang keluarga kami. Seringkali saya dilanda kesepian karena hal ini.

Namun saat saya dan adik dewasa, ibu mendahului, kembali kepada Allah swt sang mahapencipta.

Tahun pertama kami melalui ramadhan tanpa ibu, adalah tahun lalu. Tahun ini menjadi saat yang kedua. Ternyata bukan kesepian lagi yang saya rasakan, tapi sebuah kehilangan yang besar. Semoga ibu selalu mendaoat rahmat Allah di alam sana, aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun