Sahabat Kompasianer, bulan suci ramadhan agaknya identik dengan bulan belanja bagi sebagian besar masyarakat muslim Indonesia. Menjadi bulan belanja yang membuat kalkulator mendadak eror. Kok bisa?
Sejatinya, bulan penuh hikmah ini ditujukan untuk melatih diri menjadi pribadi yang baru. Lebih bertakwa kepada Allah swt, banyak beribadah, serta ikhlas berbagi pada sesama.
Nyatanya, kaum papa di luar sana, berkeliaran mencari sesuap nasi dengan menahan lapar, tak tahu kapan akan mendapatkan makanan. Sementara umat muslim menahan lapar seharian, diawali dengan sahur dan diakhiri dengan berbuka pada saat beduk magrib.
Beda konsep, bukan?
Bahkan kita tak siap jika harus menikmati sepiring nasi dan lauk-pauk saja. Butuh aneka takjil sebelum acara makan besar. Sementara Nabi saw mencontohkan, berbuka dengan minum air dan makan beberapa butir kurma.
Budaya berbuka yang memanjakan selera ini, dimanfaatkan muslim lainnya untuk menjual berbagai menu takjil, untuk tambahan keuangan. Tidak heran, pasar ramadhan di berbagai daerah menjadi bagian dari bulan puasa itu sendiri.
Inilah alasan pertama, mengapa kantong kita bisa bolong!
Tidak kalah hebat, budaya berlebaran dengan baju baru dan aneka hidangan istimewa, turut membuat kantong bolong pada seminggu terakhir.
Bagaimana untuk menghindarinya? Berikut tips mengatur keuangan saat ramadhan ala saya.
1. Terapkan kebiasaan hidup sederhana