Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Blog Pribadi, Apa Kabarmu di Sudut Sana?

12 Januari 2021   21:48 Diperbarui: 12 Januari 2021   22:02 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang, untuk mendapatkan suatu perubahan, kita harus mengabaikan hal-hal yang sebelumnya sudah sangat nyaman dirasakan. Dengan kata lain, akan sedikit mengorbankan kondisi sebelumnya. Setidaknya itulah yang saya rasakan saat memantapkan niat untuk berliterasi. 

Berangkat dari keinginan untuk berbagi, pada bulan April 2019 saya mencoba sendiri membuat alamat url blog pribadi. Jika sekarang ditanya bagaimana cara membuat url tersebut, rasanya saya sudah lupa dan bingung. Semua mengalir tanpa ada satu hal yang saya ketahui. Begitulah waktu itu, saya mempelajarinya hanya bermodalkan semangat.

Satu judul, dua judul, hingga akhirnya jadilah tiga puluh judul. Saya terus menulis di sela keseharian mengurus ketiga anak perempuan yang masih kecil. Saya tidak merasa keaulitan, justru sering mendapat ide dari mereka.

Foto tiga anak perempuan yang menginspirasi saya
Foto tiga anak perempuan yang menginspirasi saya

Sempat ponsel yang menjadi fasilitas saya menulis, mati total alias minta ganti baru. Tapi apa boleh buat, belum ada kemungkinan ke arah tersebut. Akhirnya saya hanya menunggu. 

Beberapa bulan kemudian, adik semata wayang saya datang ke rumah sambil setengah protes. Tanpa adanya ponsel, ia sudah tak dapat menghubungi saya dan anak-anak sekedar untuk menyapa. Sebagai solusi, adik memberikan salah satu ponselnya yang duduk manis dalam laci.

Sayang itu pun tak berlangsung lama. Belum genap setahun, ponsel tersebut juga mengalami mati total. Penyebabnya kira-kira karena ketiga anak tercinta secara bergantian menggunakannya untuk gaming. Dengan setengah menyesal, saya pun lagi-lagi mandeg menulis. Apa yang ada di dalam kepala, terpaksa saya tahan entah sampai kapan.

Bulan berlalu, sekali lagi kami harus bertahan tanpa memiliki sekedar alat komunikasi. Sampai suatu hari di masa pandemi, sistem belajar ditetapkan menjadi daring dengan sarana ponsel android. 

Dalam kondisi gerimis, saya menyusuri jalan untuk menemukan toko handphone. Setelah menimbang hujan semakin deras dan mengancam saya bisa basah kuyup, saya pun menepikan motor untuk berteduh.

Singkat cerita, sore itu dengan menahan perih karena lapar, berhasil juga membawa pulang sebuah ponsel baru. Ini tidak lepas dari bantuan adik. Begitulah. Saudara akan benar-benar ada di saat susah dan senang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun