Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nilai Moral Cerita Rakyat~Legenda Sungai Kerbau Keramat

10 Januari 2021   00:15 Diperbarui: 10 Januari 2021   16:44 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: upload. wikimedia.org

Awal tahun 2021, tetap semangat belajar meskipun di tengah wabah pandemi covid 19. Kali ini saya akan membagikan sebuah cerita rakyat dari kampung halaman saya Samarinda, Kalimantan Timur. Sebuah cerita yang tidak familiar bagi Anda, tetapi lokasinya dekat dengan tempat tinggal saya. Selamat menyimak.

Konon, beberapa abad yang lalu berdirilah sebuah kerajaan bernama Kutai Kartanegara. Ibu kotanya bernama Tepian Batu, yang kelak akan berubah namanya jadi Kutai Lama.

Pada pertengahan abad ke-13 Masehi, kerajaan ini di perintah seorang raja bernama Aji Maharaja Sultan yang bertahta di Kerajaan Kutai Kartanegara. Ia merupakan Sultan Kutai Kartanegara ke-3 yang memerintah dari tahun 1360 hingga 1420 Masehi.

Suatu hari, Aji Maharaja Sultan bermaksud memperindah kota kerajaannya. Ia juga ingin istananya dihiasi dengan ukiran yang indah dan halus. Untuk itu, ia pun mengumpulkan para pembesar kerajaan untuk membicarakan niat tersebut. Dalam sidang itu, Pangeran Mangkubumi mengusulkan agar Baginda Aji Maharaja Sultan mendatangkan ahli pahat dari Jawa.

“Jika sekiranya Baginda tidak keberatan, alangkah baiknya jika Baginda mendatangkan ahli pahat dari abdi dalem Raja Jawa. Mereka sangat mahir mengukir istana,” usul Pangeran Mangkubumi.

Keesokan harinya, beberapa utusan berangkat ke Tanah Jawa. Setiba di sana, para utusan itu langsung menyampaikan maksud kedatangan mereka kepada Raja Jawa. Dengan senang hati, Raja Jawa pun berkenan mengirimkan dua orang pemahat ulungnya ke Kerajaan Kutai Kartanegara.

Setelah berhari-hari berlayar mengarungi lautan luas, kedua pemahat yang kakak-beradik tersebut akhirnya tiba di Kerajaan Kutai Kartanegara. Mereka pun disambut baik oleh Baginda Aji Maharaja.

“Ampun, Baginda. Kebetulan saja hamba dan adik hamba memiliki sedikit keahlian memahat,” jawab salah seorang pemahat itu dengan merendah, “Tapi, kalau boleh hamba tahu, motif apakah yang Baginda inginkan?”

“Aku ingin seni ukir Kutai, Bahau, Kenyah, dan Tunjung dipadukan dengan seni ukir Jawa,” pinta Baginda Aji Maharaja.

“Baiklah, Baginda. Permintaan Baginda segera kami laksanakan,” kata pemahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun