Helai-helai daun mawar di pagi hari, saat aku menemuimu, pohon-pohon masih berkabut. Seperti gula-gula kapas berwarna putih di kejauhan, mem-blur rumah yang lampu terasnya memendar.
Apakah engkau tau, aku sengaja datang untuk membangunkan dan menyapamu. Bukankah semalam badai hujan dan angin menimpa di sini? Lalu apakah engkau masih baik-baik saja?
Ternyata engkau setia di sini, menjaga keindahan halaman rumah kecil kami. Tak patah rantingmu, dan tak menggigil betapapun buruknya cuaca akhir-akhir ini. Gempuran air langit tumpah meruah memenuhi takdirnya.
Wahai daun-daun mawar yang sepagi ini begitu cantik. Telah didandani kesegaran dari yang mahaterpuji. Engkau seperti pengantin baru yang gemar bersolek. Mengalirkan hasrat untuk selalu mencintamu. Bahkan dengan bayi mawar yang siap kau persembahkan. Â
Helai-helai daun mawar, engkau jelita mengalahkan segala yang ada. Seperti manusia yang bergelora di masa muda. Menorehkan karya dan setia pada semesta. Karena kelak daunmu menguning dan tua. Lemah jatuh akhirnya pada yang fana. Engkau sudah menghias halaman kami dengan yang terbaik. Yang tercantik dan tak pernah terbetik.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!