Akhirnya hujan lebat turun juga.Â
Angin dingin dari luar memaksa masuk dari celah jendela. Aku menggosok-gosokkan telapak tangan, menciptakan rasa hangat.
Hmm... aroma nasi menguap memenuhi ruangan. Membuat perutku terasa keroncongan.
Suamiku bangun, dan melewati dapur. Memelukku sesaat, sebelum menuju bilik mandi.Â
Aku buru-buru menjerang air untuk membuat secangkir kopi, yang dulunya sebelum aku bertemu jodoh, secangkir kopi itu tentu untuk bapak di rumah.
Ah, apa kabar bapak hari ini?
Terakhir aku mengunjungi bapak, empat hari yang lalu.Â
Belum terlalu lama sebenarnya. Malah rasanya masih membayang saja di mataku.
Kalau aku ditanya, bapak itu bagaimana orangnya?
Aku akan menjawab bahwa bapak itu orangnya pintar dan unik. Bapak juga suka berdebat dan tak mau kalah dengan orang lain. Bisa juga dibilang, bapak itu nyentrik tapi bukan nyeleneh.
Sekarang bapak mulai sepuh. Cucunya ada tiga, yaitu anakku. Semuanya perempuan.