Suamiku, hari ini aku merasa rindu padamu. Saat kau belum pulang dari bekerja seharian.Â
Kukenang dirimu, dengan sengaja atau teringat begitu saja.
Ingat tentang dirimu di masa lalu, saat kita belum satu perahu mengarungi bahtera. Kau teramat romantis. Kau seperti atap yang melindungiku dari hujan. Â Dekapanmu paling hangat dan menenangkan setiap saat. Kau adalah pilihan terbaik dan paling tepat.
Aku menunggumu pulang, dari bekerja seharian. Aku masih berjaga-jaga dan mengintip dari tirai jendela. Aku begitu rindu.Â
Rasanya seharian ini ada begitu banyak peristiwa yang ingin kuceritakan. Walau aku tau kau tak terlalu ingin tau. Perasaan lelah telah menenggelamkanmu dalam duduk diam. Menatap kosong pada televisi kecil kita sambil sesekali seruput kopi.
Oya, bicara tentang kopi, aku pernah mengatakan padamu aku bosan membuat secangkir kopi terutama saat pagi hari. Rasanya tak enak, bangun pagi dan terburu memanaskan satu mug air dan menunggunya sebentar.
Saat bangun pagi yang kuinginkan adalah melalap udara pagi yang segar. Mencari-cari apakah matahari sudah muncul dari sela akasia tua. Menatapi apakah hujan jatuh di sini, semalam.
Suamiku, aku bosan memasuki dapur saat badanku masih lesu dan tulang sendi terasa berat. Aku lelah menjaga anak-anak kita seharian sebelumnya.Â
Aku merawat mereka sejak bayi dari hari ke hari. Semua itu seperti deretan hari-hari yang panjang yang membuatku lupa me time.Â
Aku juga lelah mencuci pakaian kotormu dan anak-anak, apalagi saat ujung jariku terasa perih dan bengkak karena alergi sabun. Belum lagi aku harus pula memasak makan siang secara lengkap.
Jadi bolehkah aku membuat secangkir kopi hanya saat kau pulang?