Mohon tunggu...
Ayu Bejoo
Ayu Bejoo Mohon Tunggu... Jurnalis - Moody Writer

Moody Writer

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rindu Masakan Ibu Edisi Ramadan

16 April 2021   22:33 Diperbarui: 16 April 2021   22:36 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: bertuahpos.com

Betapa cepatnya waktu berlalu, tidak terasa bulan bintang merengkuh tanggalan dengan cakap. Padahal terasa baru dilepas Bapak dan Ibu merantau ke pulau seberang untuk menuntut ilmu, sekarang sudah menjadi istri orang. 

Memang benar kata Tere Liye: "Waktu itu adalah lingkaran nasib tanpa henti, siang-malam, pagi-petang, sepanjang tahun tak pernah rehat. Dalam setiap kesempatan putaran nasibnya selalu terjadi tiga kemungkinan, paralel, bergerak serentak."

Masih lekat dalam ingatan, ketika Ramadan datang, riuh-riuh kegembiraan dan hawa kebersyukuran seakan-akan memenuhi langit desa kami. Yang sekarang cukup kita saksikan kemunculan iklan marjan di televisi. 

Biasanya beberapa hari selang Ramadan datang, warga desa akan gotong royong membersihkan masjid dan tempat pemakaman, kemudian bila maghrib tiba, berbondong-bondong anak gadis mengantarkan makanan buatan Ibunya ke masjid, tempat di mana akan diadakan doa menyambut bulan keberkahan.

Selepas asar pada petang bulan Ramadan, sambil menunggu pengumuman dari Pak Menteri kapan tepatnya mulai berpuasa, warga desa akan berduyun berziarah ke makam atau kuburan ahlul bait-nya masing-masing.

 Tak terkecuali saya, dulu ketika sebelum tahun 2017 pada petang Ramadan, saya dan Bapak akan selalu berziarah ke makam Wak dan Nek, namun tepat di akhir bulan Sya'ban pada tahun 2017 Bapak sudah pergi, ke semesta yang lebih layak. 

Maka di tahun selanjutnya, mulailah saya mengajak adik saya yang paling bungsu dan beberapa keponakan untuk meneruskan tradisi saya dan Bapak.

Tak hanya sampai di situ, yang paling menarik dari desa kami adalah tradisi berbagi makanan/takjil kepada tetangga, yang masih awet sampai sekarang, tradisi yang sangat jarang atau tidak pernah saya temukan di kota-kota yang saya pernah sampai. 

Maka inilah yang paling saya rindukan ketika Ramadan menjelang, tahun ini adalah tahun Ramadan pertama saya sebagai seorang istri, tinggal bersama suami, tentu saja yang paling saya rindukan adalah ritual masakan Ibu selama Ramadan berlangsung. 

Terdapat tiga puluh hari spesial di mana saya dan saudara-saudara saya memiliki hari istimewa, kami biasanya tinggal request ke Ibu ingin memakan apa saat berbuka, sebagai orang Melayu tak pelik masakan yang kami cicipi beraneka rasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun