Mohon tunggu...
Wahyu Hidayati
Wahyu Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - w_ayu_hidayati

Dosen Fakultas Farmasi Dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA). Alumni Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman (Sarjana) Dan alumni Program Magister Ilmu Biomedik, FKUI. Saat ini sedang menempuh studi Program Doktor Ilmu Biomedik, FKUI.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Keluargaku Alumni Covid-19 (Part 1): Anakku Positif

21 November 2020   07:00 Diperbarui: 22 November 2020   18:59 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Andre Santana dari Pixabay

Setelah melapor ke puskesmas maka kami pun dalam pemantauan puskesmas dan puskesmas menginformasikan ke pengurus RW dan RT. Maka proses isolasi mandiri pun mulai kami jalani selama 14 hari.

Alhamdulillah rumah yang kami tempati memiliki 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi, sehingga isolasi mandiri dapat dilakukan. Ini menjadi pertanyaan dominan oleh pihak puskesmas karena mereka mengharapkan tidak ada penyebaran di dalam rumah. Pihak puskesmas menyampaikan jika di daerah kami banyak penyebaran infeksi dari rumah tangga (cluster rumah tangga). 

Anak kedua tidur dengan ayahnya sementara saya dengan adiknya. Di mana sang kakak? Kebetulan kakak sudah mengikuti kegiatan pesantren sejak Juli 2020 sehingga tidak berada di rumah. Kamar mandi pun terpisah, kami bertiga di kamar mandi yang biasa digunakan asisten rumah tangga (saat kami masih memiliki ART) sedangkan anak kedua di kamar mandi yang biasa kami gunakan setiap hari.

Kami pun selalu menggunakan masker di dalam rumah. Alhamdulillah anak kedua meski masih berusia 7 tahun, dia sudah paham dan ikhlas untuk menggunakan masker setiap saat tanpa kami minta. Dia juga ikhlas untuk tidak berada dalam jarak yang tidak terlalu dekat dengan kami bertiga. Dia dan adik bermain dan berinteraksi dalam jarak yang aman. Bahkan jika adiknya mendekat dia akan berkata “de, jangan dekat dekat. Mas masih kotor”

Selama perawatan, ia mengkonsumsi beberapa obat yaitu azithromycin, vitamin D, multivitamin, obat batuk dan obat pilek. Selain itu kami pun memberikan beberapa obat herbal seperti rebusan daun jambu biji, obat herbal cina (LHQC), obat herbal yang memiliki kandungan madu (NZ 22 dan NZ 99) dan madu murni. Kami juga meminta anak kami tersebut untuk melakukan penjemuran diri di pagi hari.

Alhamdulillah biaya pengobatan anak kami ditanggung oleh pemerintah melalui program penanggulangan Covid-19. Bahkan konsultasi dengan dokter anak, pemeriksaan rontgen dan cek laboratorium semua tidak dikenakan biaya. Atau mungkin karena kami melapor ke puskesmas dan melakukan konsultasi di lakukan di RSUD sehingga kami mendapatkan pembebasan biaya pengobatan dan perawatan. 

O, o, dia alami penurunan psikologis

Yup, anak kedua akhirnya mengalami masa penurunan psikologis. Tepat 2 hari setelah hasil keluar dan dia mendapatkan keadaan semua terpisah, meski dia tau memang harus seperti ini perawatannya.

Hanya dua kalimat yang dia tanyakan “Mi, beneran saya Covid-19?” dan “nanti saya meninggal dong, mi? pisah sama umi, abi, ade”

Namun pertanyaan itu selalu ditanyakan berulang kali selama hari itu dengan ekspresi yang tidak bersemangat.

Semua ibu pasti akan langsung merasa sedih mendengar pertanyaan itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun