Mohon tunggu...
Ayid Suyitno
Ayid Suyitno Mohon Tunggu... -

Lebih 100 media memuat tulisannya. Lebih 100 lainnya menjadi Donor Darah di PMI Kramat, Jakarta Pusat. Pernah menjadi guru dan dosen.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ia Memperdengarkan Suara Merdunya

17 April 2018   09:35 Diperbarui: 17 April 2018   09:49 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

HARI ketiga. Ia siap memperlihatkan kegigihannya lagi. Pagi buta ia sudah berdiri di depan rumah itu. Ia tidak tahu apakah penghuninya sudah bangun atau belum? Namun, dalam pengembaraannya di tempat ini ia mendengar si ibu adalah wanita saleha yang taat beribadah. Salat lima waktu baginya segalanya. Jadi, bisa dipastikan si ibu sudah bangun.

Ia nekad. Ia memperdengarkan suara merdunya dengan maksud mengundang si ibu. Benar saja, tidak lama kemudian si ibu membuka pintu dalam, berjalan ke arah teras rumah, dan sampai ke pintu gerbang. Untuk melihatnya yang kali memperlihatkan senyum manisnya.

"O... kamu. Giih banget kamu, lagi lagi datang dan datang lagi. Dua anak ibu belum bangun. Nanti ya. Atau sejam kemudian ke sini lagi," kata si ibu, ramah.

Ia tidak mengangguk. Tidak menggeleng. Ia diam saja. Maklum, ia tengah terpesona dengan ucapan halus si ibu. Baginya ungkapan si ibu adalah jalan keluar dari kegigihannya. Ia yakin sebentar lagi ia akan menjadi bagian dari keluarga itu sesuai impiannya.

Namun, ia terlintas dengan keadaan si bapak di rumah itu. Apa sudah bangun? Atau tidak pulang karena kesibukannya bekerja? Ia tidak berani menanyakan kepada si ibu. Ia sudah cukup puas si ibu tidak menghardiknya seperti ibu-ibu lain yang penuh kekhawatiran terhadap anaknya dan ia menjadi sasaran kemarahan.

Ia mencoba mengerti. Ia pun diam-diam beranjak pergi. Untuk kembali sejam lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun