Mohon tunggu...
sayyed BikailaRobbi
sayyed BikailaRobbi Mohon Tunggu... Dosen -

- the Good die young\r\n\r\n\r\n La Haula Wala Quwwata illa Billah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahaya Menuhankan 'Kebenaran Sepihak' pada Masalah Furuu'iyyah!

2 September 2011   07:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_127889" align="alignnone" width="400" caption="Madinah Rasul"][/caption]

Perbedaan adalah rahmat, sebuah ungkapan bijak yang tidak sepenuhnya bijak. Perbedaan tidak hanya menimbulkan banyak reaksi negatif, lebih dari itu perbedaan juga kerap menjadikan semua kebaikan yang pernah kita lakukan seakan-akan tidak pernah terjadi dan ada. Semua akan dipandang dengan dendam dan kebencian.

Dalam masalah agama, kebenaran furuiyyah (cabang-cabang agama yang hanya membahas masalah hukum-hukim fiqih) tidak akan bisa sampai pada kebenaran absolut. Dalam arti ijtihad dari para mujtahid expert pada masalah furuiyyah sering berakhir dengan kesimpulan yang berbeda, tergantung pada teori dan pendekatan ushul fiqih yang digunakan masing-masing fihak dalam menguatkan argumen mereka.

Kebenaran absolutyang harus kita yakini hanya ada dalam masalah aqoid/ aqidah ketuhanan saja. Karena inti pokok dari kajian ini menyangkut kesucian Tuhan maka dalam pembahasan masalah aqidah tidak akan lepas dari Alquran, Hadis mutawattir serta ijma ulama. Sementara masalah furuiyyah, setiap mujtahid madzhab berwenang untuk memahaminya melalui teori-teori yang dijelaskan dalam kajian ushul fiqih, seperti qiyas, hadis dhoif, qaul sohabat, amal ahli madinah, istihsan, syar’u man qoblana dan lain sebagainya.

Fanatisme ‘taqlid’ (mengamalkan sebuah hukum tanpa mengetahui dasar-dasarnya) daripara pengikut satu madzhab tertentu yang anti dengan teori-teori madzhab lainnya adalah sumber dariperbedaan yang menyebabkan maraknya kebencian antar orang awam. Masalahnya adalah, hampir 90%manusia di dunia ini tergolong orang awam yang fanatik dengan kebenaran pendapat imam madzhabnya.

Dalam sejarah, dituliskan bahwa salah satu pengikut madzhab Maliki sempat memukul Imam syafii hingga pingsan sebelum akhirnya meninggal dunia. Pemukul tersebut beralasn bahwa : seandainya Syafii hidup dan terus menyebarkan hasil ijtihadnya maka dikhawatirkan madzhab Maliki akan lenyap.

Betapa fanatisme sangat membahayakan umat beragama, sekejam itukah orang awam yang seringkali dijadikan tumbal ‘brain washing’ oleh para provokator yang keji. Hanya karena kecemburuan diantara pengikut madzhab, apapun dilakukannya. Bukankah Syafii juga termasuk murid kesayangannya imam Malik!!

Bukankah dalam sebuah perkataanya, Imam syafii pun mengungkapkan : jika argumen dari madzhab lain lebih sahih/valid maka tinggalkanlah ucapanku (madzhabku). Bahkan dalam satu riwayat menggatakan, bahwa Syafi’i pun meninggalkan doa qunut subuh ketika ia berziarah ke makam imam Abu Hanifah dengan alasan ingin menghargai pendapat (hasil ijtihad) Abu Hanifah yang mengatakan bahwa : qunut subuh bukanlah sunnah ab’ad.

Beberapa kejadian diatas sangat jelas menunjukkan betapa fanatisme madzhab menjadikan kita (orang awam) mudah terpecah-belah.Sementara sang pemilik madzhab saja tidak menyalahkan argumen dari madzhab lain bahkan mengikutinya dalam beberapa hal. Oleh karenanya, selama masih dalam pembahasan furuiyyah, kita tidak usah ngotot mengatakan salah benar terhadap apa yang dikerjakan orang lain, selama mereka memiliki argumen yang jelas dan valid yang telah diteorikan para penggegas ahli ushul fiqih. Sebaliknya, jika kita tidak memahami masalah lebih dalam dengan berbagai latar belakang dari hasil ijtihad para ulama itu maka ‘tidak baik’ mencaci maki teori mereka, sementara kita menuhankan teori madzhab lainnya.

Wallahu A’lam.

Sumber.... :

Ingatan lama dan Muqoddimah kitab Bajuri syarh Fatkhul qarib..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun