Mohon tunggu...
Ayu Rurisa
Ayu Rurisa Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi Teknik Mekanika

Environtmentalist

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Fiski ' Terjebak Imajinasi '

1 November 2017   07:17 Diperbarui: 12 September 2020   08:30 15052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Lembaran berkelok-kelok raksasa

Membuka gulungan panjangnya yang lambat di wajah langit

Membuat sampahnya sayap yang terlepas dari malaikat

Aku ingat itu adalah kutipan dari buku harianku. Ah , aku suka pemandangan di sekitarku. Orang -- orang menangis memohon- mohon pertolongan yang kupikir sia-sia; potongan bagian tubuh manusia; teriakan kesakitan; dan segala kekejaman yang ada. Aku sungguh menikmati suguhan indah ini.

Aku merobek selembar kertasku; keinginan menakutkan menyiksa aku tanpa henti, seolah-olah beberapa ular mencekik terus di dalam. Aku melirik ke belakang, dan melihat asap reruntuhan berapi-api yang tertinggal; kegelapan malam juga penderitaan dunia.

Aku bangkit dari tempatku dan mengeluarkan sihir secepatnya, di atas sofa pelacur dan di atas tempat tidur para kaisar yang wangi. Kebencian dan iri hati, kesombongan dan kemurkaan, tuangkan dari bibirku secara simultan ucapan. Pada siang dan malam saya bekerja. Berjemur di wadah dengan wangi mawar.

Haruskah  Aku berlomba di dunia nyata memerangi kepribadian gelapku; menyerah pada keputusasaan; atau membanggakan diri dengan bangga ?

Kadang aku percaya bahwa aku mewujudkan seluruh dunia, dan semua itu aku telah terlihat terjadi dalam kebenaran, di dalam keberadaan gelapku.

Terkadang aku lelah, kehilangan akal sehatku, dan menuruti kebodohan gila imajinasiku yang paling tidak berharga dari pelayanku mengejek aku saat mereka mengasihaniku. Tidak ada makhluk yang peduli padaku; tidak di mana pun aku mencintai - baik di surga, dari yang aku adalah seorang anak perempuan, belum juga di neraka, di mana aku adalah penguasa, ataupun di bumi, di mana para pria menganggapku tuhan.

Tubuhku yang lelah, kepala yang berat, dan kaki yang lelah, tenggelam mencari istirahat. Mataku beralih ke cakrawala yang bersinar, tak terbatas, sangat besar bak tumbuh semakin tinggi dan dalam. Aku akan memakannya, seperti aku telah melahap segalanya.

Angin wangi melewati semua gorden istana. Ah, aku akan mati penuh mabuk. Lalu, sementara aku makan beberapa daging langka, hanya itu yang bisa kucicipi. Biarkan seseorang bernyanyi, terbungkus ringan, melayaniku dari piring emas dan perhatikan sisaku mengingat seorang gadis kecil akan memotong leher saudara laki-lakinya. Karena kesenangan hanyalah milikku- favorit dengan para dewa - untuk membaurkan parfum darah dengan makanan, dan tangisan korban menenangkan yang sarafku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun