Mohon tunggu...
Ayatullah Nurjati
Ayatullah Nurjati Mohon Tunggu... Guru - penikmat seni, pencinta Aquscape, Penggiat Teater, Penikmat musik Dangdut, Pemancing Amatir

Pernah ngeleseh selama 3 tahun di Jogja, penikmat dan pengamat seni. Pernah Bergiat di teater Plonk STIBA Jakarta Internasional, dan tutor sastra pada Forum Lingkar Filsafat dan Sastra KOPLIK Ciputat, Pernah bergiat di berbagai LSM. Pernah menjabat menjadi Ketua Senat ABA YPKK-STBA Technocrat 2001-02 dan pernah pula menjabat sebagai pimpred Communicado Press (sebuah wadah penulis muda). Aktif menulis di berbagai surat kabar terkemuka di Jakarta dan daerah. Pernah menjadi Ketua wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMK Jakarta Barat 2. Pernah mengajar terbang di Beberapa Kampus Terkemuka di Jakarta. Saat ini menjadi tenaga pengajar di SMK Negeri di Bilangan Jakarta Barat. Sedang menulis sebuah kumpulan cerpen (berujung besi) dan menyelesaikan Novelnya yang berjudul Cinta Cyber--Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

EUNOIA

9 Desember 2022   00:09 Diperbarui: 9 Desember 2022   21:11 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Saat ini memang Ia hanya bekerja paruh waktu, pekerjaannya pun tidak memakan tenaga atau fikiran hanya mengandalkan intuisi ataupun fisik nan mumpuni, pekerjaan yang sudah dikhatamkan olehnya 2 tahun lalu. Kerjanya menyetting sound system untuk acara-acara besar pernikahan ataupun konser yang diadakan oleh Event Organizer tempat ia bekerja, akan tetapi mengenai fee yang didapat bisa untuk menghidupi kehidupan sehari-hari baik untuk membayar kost ataupun makan 3 hari sehari.

                Lamunannya buyar seketika ketika irine menelponnya lewat whatsapp messenger dari sang pujaan hati bahwa ia harus segera menyusul ke kampong halaman seraya memberikan alamat via google maps. Tapi naas memang karena hanya 2 lembar uang kertas berwarna merah yang terselip di dompet pemberian Irine. Rekeningnya pun habis terkuras karena orang tuanya satu minggu lalu menelponnya untuk mengirimkan uang dikarenakan Siska si adik bungsu belum bayar kuliah. Maklumlah ayahnya hanyalah pedangan ketupat keliling di kampong halamannya dan budanya adalah pedagang jamu keliling di daerah Tuban, Jawa Timur. Agak malu untuk mengungkapkan itu, akan tetapi atas nama cinta dan kejujuran ia akan mengungkapkan hal itu. Belum sempat berbincang-bincang dengan Irine, tiba-tiba Bagas datang memotong perbincangan mereka berdua.

                "Jo, ada event besok, lo setting ya, sound di GOR Mampang, besok ada acara musik Rock and Roll anak-anak SMK se Jakarta Selatan" Bagas berkata.

                "Gas, Ntar dulu ya, sorry gue lagi telponan sama bebeb gue, ganggu aja lo, pake ngegas segala omonganlo" kata Warjo seolah menegaskan betapa pentingnya pembicaraannya dengan kekasih pujaan hatinya.

                "Pasti berita buruk ya? Atau dia disuruh kawin sama bonyoknya" Bagas berceloteh seraya tertawa terbahak-bahak.

                "Hus, Ngawur lo, bentar ya" seolah Ia berkata sebagai penagasan

                Ternyata suara itu terdengar oleh Irine sambil tertawa cekikan. Jika ditilik Irine adalah gadis dengan kepribadian nan dewasa juga pembawaan yang selalu riang juga tak pernah melihat suatu dari materi. Hubungan mereka cukup lama terjalin lebih dari setengah dasawarsa mereka telah lalui dan tak pernah neko-neko ataupun terjadi perselisihan yang berarti diantara mereka berdua. Kemudian Irine dengan nada sedikit manja berkata kepada Warjo agar suaranya di loud speaker, agar perbincangan ketiganya bisa berlangsung.

                "Emang gue mau dijodihin Gas" kata Irine sambil tertawa cekikan melalui sambungan loud speaker whatsapp di ponsel milik Warjo

                "Ah sumpeh lo Rin? Kasianan dong si Warjo, entar dia bisa mati garing kalo sampe lo tinggal kawin, hahahahaha" Bagas berkata       

                "Lo mau tau apa mau tahu banget nih Gas?" Irine Menjawab dan balik bertanya kepada Bagas.

                Memang mereka bertiga sudah lama kenal, pertama kali Warjo janjian dengan Irine seolah Bagas mau saja menjadi "Nyamuk" kalau anak-anak ABG sekarang mencap Bagas. Akan tetapi Bagas pun tak pernah ambil pusing karena memang Bagas juga telah memiliki kekasih, salah seorang mahasiswi Public Relation di kampus terkemuka di bilangan Jakarta Selatan. Bagas pula yang mengenalkan tentang sound system yang dikenal olehnya meskipun demikian jika dirunut tentang teori dan praktek mengenai hal itu cukup dikuasai oleh Bagas yang memang notabenenya adalah seorang sarjana Elektro di kampus terkemuka di daerah Bandung. Posisi yang penting yang dipegang oleh Bagas di Event organizer itu adalah manager. Dia lah yang menjadi motor penggerak eksistensi EO tersebut meskipun tidak hanya ia seorang sebagai Sound engineer masih ada 2 orang seperti Warjo yang berkerja di bidang yang sama seperti Alex dan Didi. Bosnya salah seorang pemilik group music dangdut kenamaan di Jakarta yang seolah percaya betul mengenai manajemen, PR dan marketing di EOnya kepada mereka berdua meskipun kondisi pekerjaan Warjo yang part time, akan tetapi bilamana ada Event besar jelas kerja Warjo lebih apik dan tak pernah ada cacat sana-sini, bisa dibilang muluslah pekerjaan Warjo jika ia ditugaskan dalam setiap gelaran kegiatan mirip jalan yang membentang antara Tiakur dan Weet di Pulau Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya di Wilayah Timur Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun