Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

[Puisi] Menggenggam Jakarta

23 Juni 2025   07:04 Diperbarui: 23 Juni 2025   15:39 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menggenggam Jakarta. Tugu Monas. Foto Dokumen pribadi 

Jakarta tetaplah menjadi mimpi
Untuk digenggam pada suatu hari nanti
Ia selalu menjadi panggung
Untuk beribu-ribu kerlip cahaya
Tak peduli berasal dari sinar
yang menyejukkan mata
atau malah dari sebongkah bara

Memanggil-manggil

Sekali melangkah
Malu untuk berbalik punggung

Baca juga: Menggenggam Dunia

Apalagi kini
Kita menikmati menjadi penipu
Dengan bantuan kecerdasan buatan
Kita berpose layaknya jutawan
atau bahkan setara sultan
Walaupun sebenarnya
kita sedang menghemat-hemat
paket internet
Mengirim banyak email lamaran
yang tak pernah ada jawaban
atau,
menjadi manusia perak
menjadi badut
di perempatan
Dalam dada kita tertawa keras-keras
hingga keluar air mata

***

Lebakwana, Juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Baca juga: Menggoda Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun