Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Cinta yang Selalu Indah

26 Mei 2025   06:54 Diperbarui: 26 Mei 2025   06:54 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kepada Cinta yang Selalu Indah. Gambar dibuat dengan bantuan Meta AI | Dokumen pribadi 

Saat membuka jendela di pagi hari ada aroma embun menerpa. Kusesap sepenuh dada. Inikah rindu yang terlambat datang, atau aku yang ragu-ragu membawa pulang. Bebunyian di dapur. Air mendidih, ada Robusta diaduk sepenuh cinta.
Kita beli nasi uduk saja untuk sarapan pagi ini, sesuara. Di sana dekat masjid nasi uduknya enak. Gorengannya lengkap. Ghibah ibu-ibu lengkap. Sudah nonton videonya? Selamat, ya, Luna Maya dan Maxime Bouttier. Sori, aku nggak bisa datang. Emangnya lu siapa? Suara tertawa.

Ritual selanjutnya membuka hp. Membuka pesan, membalas dengan emoticon. Kini kata-kata cepat sekali membusuk. Penuh ulat. Kita lebih senang memakan bangkai saudara sendiri. Media sosial menjadikan orang-orang mendadak jadi artis. Lucu, setengah lucu, seperempat gila. Menjadi yang bukan dirinya. Demi like, subscribe, atau nanti berharap pundi-pundi terisi uang. Berlari, terus berlari. Tak ingin tertinggal dengan orang lain. Tapi tak mengukur diri. Tak bisa memantaskan rencana dengan uang yang dipunya.

Dikejar-kejar. Sampai ruang tidur.

Baca juga: Kepada Cinta

Lebih baik pulang ke rumah. Kembali kepada kehangatan keluarga. Tawa, tangis, canda, bertengkar, marah, kembali tangis, kembali tawa. Kembali hangat. Duduk melingkar di meja makan. Tadi bosku marah-marah di kantor, kataku.  Masakanku enak, nggak? tanya istriku. Sekarang musim PHK, timpalku lagi. Kita harus keraskan untuk menabung, sahut istriku. Bunda, matematikaku dapat lima, Bunda nggak marah, kan? tanya anakku. Istriku tersenyum. Aku tergelak. Anakku gembira.

Anakku lelah, tidur diantar cinta
Istriku lelah, kuantar dengan cinta
Aku lelah, kupeluk cinta keduanya 

Kumatikan lampu
Terlihat cinta begitu terang
Begitu indah 

***

Baca juga: Kepada Yth. Kepala

Lebakwana, Mei 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun