Malam ini tidak ada rokok, tidak ada kopi. Sedang hujan dua hari yang lalu, puisi tak turun. Ada semut-semut berbaris, keluar dari sela-sela keramik. Dia tidak mencari kopi, tidak merokok, tidak juga berpuisi. Pukul 20.01. Udara mulai dingin. Tapi tidak sedingin seorang perempuan di lantai 2, pada suatu hari yang terkejut. Dan kata-kata makin berjarak. Adakah seseorang menulis rindu malam ini?
Di ruangan ada kulkas, sepeda listrik, kertas dan plastik berserakan. Tepung terigu, gula, coklat, dan beberapa impian untuk dibuat besok pagi. Cinta harus selalu dihangatkan, bukan?
Televisi berdebu. Di kamar setiap orang memegang hp. Ditinju algoritma media sosial, agar selalu cinta kepada benci. Pidato-pidato, janji , nyanyian, dan kisah para pendengung. Dibayar berapa setiap postingan? Lupakan saja kata-kata telah kehilangan akal.
Namun, ini membuat seorang lelaki tersenyum sambil memegang ijazah berwarna abu-abu. Ternyata tali kendali masih dia yang memegang.
Dan pagi hari seseorang lelaki lain. Belum ada kopi, juga rokok. Puisi, lupakan puisi. Ia menghampiri motor tuanya. Seperti dirinya, motor sering gemetar. Sedikit menggerung, kemudian meledak. Untuk usia tua memang diperlukan cinta yang lebih.
Ada teh hangat. Nasi goreng. Puisi? Sebaiknya jangan ditulis.
***
Lebakwana, Mei 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI