Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Lampu-Lampu Dalam Kepala

3 September 2022   06:19 Diperbarui: 5 September 2022   22:15 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa sering kita memasukkan kota-kota dalam kepala Memindahkan lampu-lampu, masuk ke lorong-lorong ingatan. Mimpi-mimpi acap tak menemui jalan

Di jalanan orang-orang berusaha membagi ngakak. Menutupi luka yang tiap sebentar selalu retak

Baca juga: Kepada Yth. Kepala

Dan kita seperti mementaskan sebuah drama, tapi tak mengerti sedang memerankan apa. Cerita-cerita cepat sekali berubah. Hari ini melakonkan tabah, esok tentang hati yang patah

Tangisan anak ikut terbawa, pada riuh lalu lintas jalan, pengapnya asap pabrik, dan ringkihnya tubuh  tersebab aliran napas yang tercekik

Kita terguncang-guncang di dalam angkutan kota, terayun-ayun di kereta

Membuka HP. Membaca atau membalas pesan, melihat gambar, potongan berita, atau hanya berpura-pura, karena memang, tak ada lagi paket data

Baca juga: Kepada Malam

Kita ingin lampu-lampu
Agar tak gelap pandang
karena selama ini selalu di barisan para pecundang

***

Baca juga: Kepala

Lebakwana, September 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun