Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki yang Menyedihkan

9 Januari 2022   21:48 Diperbarui: 9 Januari 2022   21:50 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang sepi. Foto oleh Nguyen Duc/ pexels

Kalau aku mati nanti
Simpan saja air matamu
Aku bukan seseorang yang layak ditangisi
Aku juga tak punya sesuatu untuk kuwarisi

Dari dulu aku hanya punya mimpi
Hanya mimpi
Hanya teori
Sedang dunia hari ini
Adalah cerita tentang lambung dan kantong yang terisi

Dayungku selalu patah dalam berperahu
Mungkin ragu atau barangkali juga kurang mampu
Bagaimana bermain ombak
Berhadapan dengan besar gelombang, atau cara menghindari batu karang

Jalanku selalu mendung
Sering hujan jatuh di dalam rumah

Aku sedikit bisa berpuisi
tapi hari ini puisi tak bisa berbunyi
Seperti katamu, "Berapa angka dapat dihasilkan dari sebuah puisi."

Aku tidak tahu
dan memang tidak tahu

Selama ini aku dikelilingi angka-angka, tapi aku tidak dapat meraihnya
Maka kutuliskan puisi
Kutuliskan puisi
Untuk menjaga agar tak hilang ingatan

Ada buku puisiku
Di atas meja
Biarkan berdebu
Kau takkan mengerti
Kau juga tak peduli
Karena buku puisiku takada angka-angka dapat dibangga

Kalau aku mati nanti
Bakar saja
Kalau itu menyempitkan dadamu
Karena hanya mengingatkan
Aku tak pernah berhasil
Mengumpulkan angka-angka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun