Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Daun Pisang, Komik, dan Cerita-Cerita Lainnya

18 Mei 2021   21:04 Diperbarui: 18 Mei 2021   21:13 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi salah satu judul komik. Sumber: wikiwand.com 

Apa buku kesayangan saya saat masih anak-anak? Kalau dalam arti 'memiliki' saya tidak punya. Bahkan buku pelajaran pun tidak ada. Membeli buku  adalah suatu kemewahan bagi keluarga kami. Saya dulu, waktu SD, lebih banyak mencatat. Kalaupun ada itu adalah lungsuran (atau pinjaman) dari kakak kelas. 

Dari buku-buku yang dipinjamkan itu, saya suka buku pelajaran Bahasa Indonesia SD. Bukan karena senang dengan pelajarannya, tapi saya suka di buku itu terselip cerita-cerita pendek, yang hingga kini saya masih mengingatnya. Cerita-cerita yang masih saya ingat itu antara lain: Anjing yang Loba, Surat Tantangan, dan Sehelai Daun Pisang. Saya juga sudah lupa di buku SD kelas berapa saja cerita itu terselip. 

Anjing yang Loba menceritakan tentang anjing yang serakah (loba), yang telah mencuri sepotong dendeng. Anjing itu berlari dan melewati jembatan kecil, yang di bawahnya mengalir air yang jernih. 

Saat melihat ke bawah, anjing itu terkejut karena melihat anjing lain sedang menggigit dendeng (anjing itu tidak tahu kalau itu bayangannya sendiri). Ia pun terjun ke air, bermaksud merebut dendeng itu. Tentu saja tidak ada. Dendeng yang dilihatnya terlepas, dan kini ia berusaha menyelamatkan diri dari arus air. 

Sedang Surat Tantangan berkisah perseteruan anak Kampung "A" dengan Kampung "B" (saya tidak ingat nama kampung dalam cerita itu). Akhirnya anak-anak Kampung "A" membuat surat tantangan, diselipkan dekat kompleks pemakaman, yang juga perbatasan antara Kampung "A" dan Kampung "B".

Pada hari yang telah ditentukan anak-anak Kampung "A" pun menunggu kedatangan anak-anak Kampung "B". Sampai tengah hari tak satu pun anak-anak Kampung "B" yang muncul. Di puncak ketegangan muncul seseorang dari balik semak-semak. 

Mereka terkejut. Orang itu adalah kepala sekolah mereka sendiri. 

"Ayo, maju! Saya kan tinggal di Kampung 'B'!" seru kepala sekolah mereka. 

Anak-anak Kampung "A" terdiam. Mereka tak menduga akan seperti ini. Ada rasa malu, juga takut. Akhirnya satu per satu mereka meninggalkan kompleks pemakaman itu. 

Sehelai Daun Pisang adalah cerita lain yang saya ingat. Mengisahkan tentang seorang anak yang tempat tinggalnya dekat jalur rel kereta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun