Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memeluk Air Mata

10 Januari 2021   05:11 Diperbarui: 10 Januari 2021   05:14 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Rosie Ann/ Pexels 

Tunjukkan padaku cara memperpendek  jarak, malam-malam yang sendiri, dinding kamar sunyi, satu, satu, seperti menghitung daun yang jatuh, mengirimkan cemas, menunggu dari arah mana dikirim suara-suara 

Aku hanya ingin engkau merasa ramai saat dada disapu badai 

Memeluk air matamu 

Mengalir bersama kata-kata. Merembes dinding. Di kedalaman yang paling. Agar kaurasakan juga, cinta itu manis. Tak selamanya berisi dengan tangis

Singkirkan sejenak laptop itu. Ia hanya memberikan kehangatan yang dingin. Bersandarlah pada bahuku, biar aroma rambutmu dapat kuhidu, juga mendaratkan kecupan di keningmu ( yang katamu lebar itu ) 

Dan kita berebut siapa yang akan membuat minuman. Begini saja, kau membuat kopi untukku, dan aku yang membuatkan teh untukmu 

Kemudian kita kembali berpelukan. Bertukar cerita. Atau hati kita saja yang saling bicara. Diam. Mendengar degup jantung kita masing-masing 

Hingga pagi 

***

Lebakwana, Januari 2021 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun