"Maaf, itu salahku," ujar Aliz.Â
"Bukan, salah kita berdua," tukas Yudi.Â
Mereka berpandangan. Diam.Â
"Oh, ya, tumben kamu langsung ke sini. Apa ada proyek di daerah ini? Kamu tahu, gara-gara kamu muncul di TV, saat kamu memerdayakan sebuah kampung kumuh yang didanai salah satu badan PBB, Gendis begitu bangga padamu. Ia pamer kepada teman-temannya kalau kamu Sekjen PBB." Yudi tertawa pelan.Â
Aliz juga.Â
Kemudian, "Aku tak mempunyai proyek di sini, aku juga cuma sebentar. Aku sudah lepas...."Â
"Maksudmu?"
"Ya. Aku takada kegiatan lagi di LSM-LSM itu. Semua sudah kuserahkan kepada teman-temanku."
"Aku tak mengerti."
"Panjang ceritanya." Diam sebentar, Â "Selama ini aku sudah mengumpulkan uang untuk Gendis, untuk menebus rasa bersalahku. Aku memperkirakan uang itu cukup hingga ia kuliah nanti. Nomer rekening Mas Yudi masih yang lama, kan?"Â
"Lantas, kamu mau ke mana?"